NUSRAMEDIA.COM, SUMBAWA — Wanita berusia 51 tahun, salah seorang warga di Desa Labuhan jamu, Kecamatan Tarano beberapa waktu lalu dikabarkan telah digigit seekor anjing.
Hal ini pun, ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan kabupaten Sumbawa. Kemudian berdasarkabn hasil pemeriksaan, wanita tersebut dinyatakan positif terkena rabies.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, Surya Darmasyah kepada wartawan, Rabu (6/1) mengungkapkan, awalnya pihaknya menerima informasi terkait adanya gigitan hewan penular rabies yang menimpa salah seorang warga Desa Labuhan Jamu.
Yang bersangkutan kemudian ditangani oleh petugas Puskesmas dan selanjutnya diberikan vaksin secara rutin. Dalam kasus ini pihaknya juga berkoordinasi dengan pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Sumbawa.
“Kami mendapatkan informasi dari Diskeswan yang sudah melakukan eksekusi hewan itu, dan diambil otak daripada anjing itu sudah di kirim ke laboratorium kehewanan di Denpasar kemrin kita dapat informasi bahwa hewan yang menggigit itu positif rabies. Dengan demikian kita pastikan bahwa yang bersangkutan juga positif rabies,” ujarnya yang didampingi Kabid P2PL Dikes Sumbawa, Agung Riyadi.
Terhadap penemuan ini, pihaknya pun langsung melaporkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi NTB untuk meminta bantuan vaksin. Karena ketersedian vaksin di Sumbawa sangat terbatas. Terlebih lagi adanya pasien tambahan asal Kecamatan Moyo Hulu yang terkena rabies di wilayah Dompu.
“Sekarang vaksin kita tidak banyak, kita sudah minta sebanyak 20 ke provinsi untuk berjaga-jaga. 20 itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya 5 kasus. Tidak bisa banyak-banyak, karena provinsi sedang konsentrasinya di dompu, tapi kita jaga-jaga,” tambahnya.
Untuk mengantisipasi munculnya kasus serupa, pihaknya menghimbau agar warga dapat waspada atau menjaga jarak dengan hewan penular rabies (HPR). Seperti anjing, kucing, kalelawar dan kera.
Sementara jika memang sudah digigit oleh HPR, yang dapat dilakukan yakni mencuci bekas luka menggunakan air mengalir minimal 10 menit tanpa digosok. Kemudian segera menuju pelayanan kesehatan.
“Karena yang rabeis, kemungkinan meninggalnya tinggi jika tidak ditangani segera. Makanya kita berpacu dengan waktu,” pungkasnya. (NM3)
