NUSRAMEDIA.COM, MATARAM – Wali Kota Mataram H. Ahyar Abduh didampingi oleh segenap jajaran pimpinan OPD terkait lingkup Pemerintah Kota Mataram menemui perwakilan dari Asian Development Bank (ADB) di ruang kerjanya pada Senin (29/10/18).
Kedatangan dua orang perwakilan ADB, Winfried F. Wicklein-Country Director Indonesia Resident Mission dan Vijay Padmanabhan-Director Urban Development and Water Division Southeast Asia Department didampingi pula oleh perwakilan dari Kementerian PUPR RI, dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan memberi dukungan pada kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi yang dilakukan di Kota Mataram terkait dengan kondisi yang dialami Kota Mataram pasca bencana gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu.
Dihadapan perwakilan dari ADB yang menemuinya, Wali Kota Mataram H. Ahyar Abduh menyampaikan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi yang telah dan sedang dilakukan di Kota Mataram pasca bencana.
Kota Mataram merupakan satu dari tujuh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat yang terdampak bencana Gempa Lombok, dan ikut mengalami kerusakan yang cukup masif pada fasilitas-fasilitas publik, fasilitas pemerintahan, kesehatan, pendidikan, pasar-pasar, dan rumah-rumah warga.
Untuk membangun kembali, Kota Mataram telah memprioritaskan anggaran tahun 2019 untuk perbaikan fasilitas-fasilitas milik pemerintah, yang sebagian lainnya masih berharap pada dana sharing dari pusat. Sedangkan untuk membangun kembali rumah-rumah warga yang mengalami kerusakan berat dan perbaikan rumah-rumah yang mengalami kerusakan sedang dan ringan, ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah pusat.
Kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi tersebut lanjut Wali Kota, mengalami sejumlah kendala yang menyebabkan lambatnya penanganan, khususnya untuk pembangunan rumah-rumah instan RISHA dan RIKO. Hal tersebut dikarenakan kurangnya aplikator yang bersedia masuk dan menangani pembangunan rumah-rumah instan bagi warga terdampak bencana.
Sehingga dari 2.396 unit rumah yang mengalami kerusakan berat, sampai saat ini baru terbangun kurang dari 20 unit RISHA. Sedangkan untuk rumah instan konvensional yang disebut dengan istilah RIKO belum ada perkembangan berarti. Wali Kota berharap kedepan akan ada aplikator-aplikator lain yang bersedia masuk dan menangani pembangunan RISHA dan RIKO, sehingga warga lebih cepat untuk kembali menempati rumah yang layak.
Untuk sementara, Pemerintah Kota Mataram menyediakan rumah-rumah singgah bagi warga yang rumahnya hancur, untuk mengantisipasi masuknya musim penghujan.
Meski Kota mataram mengalami kerusakan cukup masif, bencana gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu menurut Wali Kota, menjadi momentum berharga untuk membangun kesadaran bahwa Pulau Lombok berada di wilayah yang rawan bencana dan memerlukan konstruksi yang benar-benar tahan gempa.
Kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi yang tengah dilakukan juga menurut Wali Kota, dapat dijadikan sebuah kesempatan untuk tidak hanya membangun kembali, melainkan juga melakukan penataan-penataan dalam upaya mengatasi persoalan sanitasi.
Karena itu Wali Kota mempersilahkan perwakilan ADB untuk melihat secara langsung kondisi yang ada di lokasi, sehingga dapat memutuskan bentuk dukungan yang akan diberikan untuk Kota Mataram.
“Mudah-mudahan nanti ada program pusat yang dilaksanakan dengan ADB yang dapat membantu warga masyarakat Kota Mataram, khususnya untuk yang terdampak bencana,” harapnya. (NM1)
