PEMERINTAHAN

Rakornas 2019, Ini 6 Poin Penting Arahan Presiden 

523

NUSRAMEDIA.COM, SURABAYA — Sabtu 2 Februari 2019, pihak BNPB menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Bencana tahun 2019 dilaksanakan di Jatim Expo, Surabaya.

Rakernas dihadiri lebih dari 4.000 peserta dari BPBD seluruh Indonesia dan perwakilan dari kementerian, lembaga, gubernur, bupati/walikota, TNI, Polri, akademisi dan lainnya.

Rakornas dibuka langsung oleh Presiden RI-Joko Widodo. Dalam sambutannya Presiden menyatakan forum ini sangat strategis dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan kekuatan yang kita miliki untuk mengantisipasi bencana.

Ada enam hal penting yang disampaikan Presiden Jokowi dalam arahannya yaitu :

1.) Perencanaan, rancangan dan pembangunan tata ruang harus memperhatikan peta rawan bencana. dalam rangka mitigasi bencana.

Dengan melihat siklus bencana yang selalu berulang, lokasi bencana sering di tempat yang sama.

Misalnya di NTB, daerah yang dilanda gempa pada tahun 2018 ternyata juga pernah terjadi pada tahun 1978. Gempa di Palu juga sama terjadi sebelumnya.

Setiap rancangan pembangunan ke depan harus dilandaskan pada aspek-aspek pengurangan risiko bencana. Bappeda harus paham hal ini, di mana daerah yang boleh dan tidak boleh diperbolehkan.

Rakyat betul-betul dilarang untuk masuk ke dalam tata ruang yang memang sudah diberi tanda merah. Mereka harus taat dan patuh kepada tata ruang.

Baca Juga:  Pemprov NTB Anggarkan Rp57 Miliar Untuk Revitalisasi Islamic Center dan Kantor Gubernur

2.) Pelibatan akademisi, pakar-pakar kebencanaan untuk meneliti, melihat, mengkaji, titik mana yang sangat rawan bencana harus dilakukan secara masif.

Para peneliti dan pakar harus mampu memprediksi ancaman dan mengantisipasi serta mengurangi dampak bencana. Libatkan akademisi dan pakar, jangan bekerja hanya saat terjadi bencana.

Pakar di Indonesia meskipun tidak banyak tetapi ada, sehingga kita mengetahui adanya megathrust, pergeseran lempeng dan lain-lain. Setelah pakar berbicara, kemudian sosialisasikan kepada masyarakat.

3.) Apabila ada kejadian bencana, maka otomatis Gubernur akan menjadi komandan satgas darurat bersama Pangdam dan Kapolda menjadi wakil komandan satgas. Jangan dikit-dikit naik ke pusat.

4.) Pembangunan sistem peringatan dini yang terpadu berbasiskan rekomendasi dari pakar harus dipakai, termasuk hingga ke level daerah.

Kepala BNPB mengkoordinasikan K/L terkait agar sistem peringatan dini segera terwujud dan kita pelihara dan rawat.

Belajar dari Jepang, masyarakat tidak panik saat gempa. Mereka baru berlari ketika ada sirine dan mengetahui jalur evakuasi.

5.) Lakukan edukasi kebencanaan. Harus dimulai tahun ini yang dilakukan di daerah rawan bencana kepada sekolah melalui guru dan para pemuka agama.

Baca Juga:  Gelar Upacara Peringatan HUT Korpri, Kanwil Kemenkumham NTB Gaungkan Netralitas ASN dalam Pemilu 2024

Oleh karena itu, papan peringatan diperlukan, rute-rute evakuasi diperlukan. Segera dikerjakan agar ada kejelasan ke mana evakuasi harus dilakukan saat ada ancaman bencana.

6.) Lakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan teratur untuk mengingatkan masyarakat kita secara berkesinambungan sampai ke tingkat RW hingga RT.

“Sehingga masyarakat kita betul-betul siap menghadapi bencana. Bencana bukan hanya tsunami, banjir, tanah longsor, gempabumi dll. Bencana yang banyak menelan korban adalah gempabumi,” kata Jokowi.

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga menyempatkan berdialog dan menanyakan kepada peserta.

Salah satunya Presley Tampubolon selaku Kalaksa BPBD Kota Palu.

Hal yang paling sulit saat terjadi gempa di Palu pada hari pertama adalah koordinasi.

“Di hari-hari pertama, kedua, ketiga, adalah mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan semua pihak terkait di lokasi bencana karena semua orang masing shock terkena gempa,” cerita Presley ke Presiden.

Kemudian, Tuti dari Bappeda Lhokseumawe yang menceritakan belum siapnya perencanaan daerah karena tidak terbayang akan adanya tsunami sehingga Bappena tidak pernah merencanakan.

Namun setelah itu Bappena merencanakan pembangunan wilayah dengan memperhatikan peta rawan bencana.

Presiden berpesan Bappenas dan Bappena agar merancang jalur evakuasi dan bangunan untuk melakukan penyelamatan dari tsunami.

Baca Juga:  Sekretaris Diskominfotik NTB : "Penting Tingkatkan Kapasitas Pranata Humas"

“Pemerintah seringkali ketinggalan dari masyarakat, karena perencanaan belum ada, tetapi masyarakat sudah tinggal di sana. Tetapi kita harus tegas dan tidak seperti dulu. Kita harus kerja cepat dan tidak bisa lagi kerja lambat. Sekali lagi, kita harus mengkonsolidasikan dan mengkoordinasikan semua kekuatan yang dimiliki untuk mengantisipasi bencana alam di Indonesia,” pesan Presiden.

Setelah itu, Presiden meninjau gelar peralatan untuk penanggulangan bencana.

Untuk diketahui, sebagaimana diungkapkan Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, bahwa melalui Rakornas ini dimaksudkan guna memperkuat koordinasi dan kosolidasi dalam menghadapi bencana di Indonesia.

“Untuk memperkuat koordinasi dan konsolidasi potensi nasional dalam menghadapi bencana,” demikian singkatnya, melalui rilis yang diterima media ini, Sabtu petang 2 Februari 2019 di Mataram.

Sekedar informasi, Rakornas BNPB 2019 ini mengangkat tema “Kita Jaga Alam Jaga Kita”.

Momen ini juga dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah didampingi Kepala Pelaksana BPBD NTB, H Muhammad Rum, Kepala Bappeda NTB Ir. Ridwansyah dan Plt. Karo Humas dan Protokol NTB Najamuddin. (NM1)

Artikel sebelumyaDibuka Presiden, Hj Rohmi Hadiri Rakornas Penanggulangan Bencana di Surabaya
Artikel berikutnyaTitanic Terbalik di Perairan Lombok

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here