NUSRAMEDIA.COM, SUMBAWA — Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) RI telah menunjuk Kabupaten Sumbawa sebagai satu-satunya pilot project pegembangan jagung berbasis korporasi di tahun 2019.
Raihan ini didapatkan setelah Dinas Pertanian Sumbawa melakukan ekspose terhadap potensi tanaman jagung yang ada, dihadapan para penentu kebijakan di Kementan beberapa waktu lalu. Adapun lokasi yang ditetapkan yakni Kecamatan Plampang.
Kepala Dinas Pertanian Sumbawa, Tarunawan mengatakan, pihaknya diundang oleh Kementan untuk ekspose potensi varietas jagung sebagai tindaklanjut dari proposal yang diajukan.
Dalam ekspose tersebut, dihadiri oleh Direktur Benih, Biro Perencanaan, Badan Peneliti Pertanian, Badan Pengembangan SDM, dan lainnya. Hasilnya, Kabupaten Sumbawa ditetapkan menjadi daerah uji coba pengembangan jagung berbasis korporasi.
Tindak lanjut dari penetapan tersebut, Tim dari Kementan RI turun melakukan peninjauan ke Kecamatan Plampang yang merupakan lokasi pengembangan jagung, dengan luas lahan sekitar 2.000 hektar.
“Bulan Januari ini program itu mulai jalan, dan kami mendapat bantuan sebesar Rp. 27 miliar. Lokasi pengembangan jagung itu dikelola dengan manajemem terpadu berbasis agribis,’’ ujarnya, Selasa (15/1).
Dalam kegiatan ini, Ungkapnya, petani tidak lagi membeli bibit jagung, karena akan diajarkan cara pembibitan dan produksi benih jagung serta pengelolahan pupuk.
Selain itu, petani juga akan dibantu dengan berbagai sarana dan prasarana, alsintan, pembuatan sumur dangkal dan sumur dalam, jaringan irigasi, hingga pembuatan embung embung kecil.
Produksi jagung khususnya di lokasi uji coba tidak lagi dijual ke luar daerah, namun akan dikelola menjadi benih hibrida dan pakan ternak. Kementerian Pertanian akan membantu dalam hal pengadaan ternak seperti ayam, kambing, hingga sapi.
Sejauh ini, ada dua kendala yang dihadapi petani pada pengembangan jagung, yakni persoalan benih yang sampai saat ini hampir 100 persen masih tergantung bantuan Pemerintah.
Selanjutnya, produksi jagung Sumbawa merupakan yang terbesar di NTB, tetapi 99,99 persen dibawa ke luar daerah untuk mengisi pabrik-pabrik pakan di Pulau Jawa, sehingga tidak ada yang dikelola di daerah.
“Dengan program pengembangan jagung berbasis korporasi ini, diharapkan mampu menghasilkan benih sendiri tanpa ketergantungan bantuan swasta, meski membutuhkan keahlian yang didukung tenaga ahli dari Kementerian Pertanian untuk mampu memproduksi benih hibrida,’’ jelasnya. (NM3)
