NUSRAMEDIA.COM, MATARAM — Berawal dari gagasan Prof Mahfud MD, Alissa Wahid, Beny Susteyo dan Ajar Budi Kuncoro yang prihatin dengan maraknya potensi perpecahan dari komponen bangsa.
Antara lainnya, politik identitas sehingga orang/kelompok menyerang orang/kelompok lainnya namun sama-sama mengklaim sebagai penjaga identitas primodial yang sama.
Bahkan ada pula kecendrungan kontestasi untuk mencari menang dan bukan mencari yang baik.
Diam-diam radikalisme menumpangvdan mengadu domba melalui produksi berita-berita hoax.
“Melihat situasi itu, kami memandang perlu adanya sebuah gerakkan bersama untuk lebih mengedepankan dialog, menjunjung tinggi kebersamaan dan menghargai kebhinekaan dalam bingkai NKRI,” kata Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan – Prof Mahfud dalam acara Sarasehan Kebangsaan tepatya di Hotel Golden Palace Mataram, Selasa (12/2).
Menurut dia, pihaknya akan mendorong kebebasan menentukan pilihan secara demokratis tanpa permusuhan.
Kontestasi politik lanjut Mahfud, harus diartikan sebagai kepentingan bersama untuk mencari yang terbaik, bukan dilakukan sebagai zero sum game.
“Itulah gagasan kami terkait dengan gerakan ‘Suluh Kebangsaan’ ini,” ucapnya.
Gagasan ini masih kata Profesor Mahfud, telah mendapatkan dukungan dari besar dari berbagai tokoh.
Disebutkannya, yakni antara lain seperti Buya Syafii Maarif, KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Shinta Nuriyah, Sri Sultan HB X, Romo Magnis Suseno, Prof Komaruddin Hidayat, Prof John Titaley.
Bahkan para Budayawan, Wartawan, Aktivis, hingga dari kalangan pemuda dan tokoh lainnya.
“Jadi, dengan gerakan suluh kebangsaan ini diharapkan dapat lebih memperkuat rasa nasionalisme, memperkokoh persatuan dan lesatuan untuk kejayaan indonesia,” demikian Mahfud MD.
Untuk diketahui, hingga berita ini naik tayang. Kegiatan Sarasehan Kebangsaan yang dibuka oleh Sekda NTB, H Rosiady Sayuti masih berlangsung. (NM1)
