NUSRAMEDIA.COM, MATARAM – Adanya wacana pembangunan jembatan dengan panjang sekitar 20an Kilometer yang menghubungkan Lombok-Sumbawa (Tano-Kayangan) menuai respon dari wakil rakyat di DPRD Provinsi NTB.
Hal ini merupakan mimpi besar bagi Pemerintah Provinsi NTB. Untuk diketahui, wacana ini semula digagas oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat bersama Investor asal Korea Selatan. Meski demikian, dalam persoalan ini Pemprov pastinya akan tetap terlibat.
Bahkan, dengan adanya jembatan yang membentang menghubungkan antara kedua pulau di NTB itu pihak Pemprov sendiri menilai akan lebih baik, terutama dalam hal jarak tempuh menjadi lebih singkat. Selain itu pula, akan lebih memudahkan konektifitas serta mengembangkan ekonomi antara kedua pulau.
Menanggapi hal ini, H Johan Rosihan ST selaku Ketua Fraksi PKS DPRD NTB menyarankan, sebaiknya Pemprov NTB focus saja menangani korban gempa dari pada harus bermimpi membangun jembatan penghubung yang diperkirakan anggarannya mencapai Rp 105 triliun itu.
Ketua Komisi III DPRD NTB itu juga meminta kepada pemerintah agar menuntaskan kewajibannya, terutama kepada korban gempa. Menurut Johan, korban gempa saat ini membutuhkan tempat tinggal yang layak, terlebih memasuki musim penghujan.
“Kalau masih mimpi segera bangun. Kerjakan yang mendesak didepan mata yang sudah dijadikan misi pertama dari 8 misi NTB gemilang yaitu mempercepat penanganan rehabilitasi pasca gempa dan seterusnya,” ujarnya, Rabu 31 Oktober 2018.
“Dan selesaikan saja risha dan rumah-rumah utama untuk korban gempa itu,” demikian Anggota DPRD NTB jebolan asal Dapil Sumbawa-KSB ini menambahkan.
Sebelumnya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB Ridwansyah di Mataram, belum lama ini, mengakui rencana pembangunan jembatan tersebut.
Pertama kali kata dia, hal ini di inisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). “Karena ini menghubungkan dua pulau dalam satu provinsi, tentu akan melibatkan kita (provinsi),” ujarnya.
Dijelaskan, pembangunan jembatan ini direncanakan akan terbentang sepanjang 20 kilometer atau 20.000 meter di atas air laut melewati Selat Alas. “Kalau jembatan ini jadi, maka waktu tempuh antara Lombok dan Sumbawa menjadi lebih pendek,” ucap Ridwansyah.
Bahkan kata Ridwansyah, saat ini sudah masuk tahap studi kelayakan. Dimana studi kelayakannya sudah dimulai sekitar April 2018 lalu. Bila nanti hasil studi kelayakan memutuskan bahwa di mungkinkan membangun jembatan, Pemrov tentu akan memberikan rekomendasi.
“Kalau jembatan ini jadi, maka waktu tempuh antara Lombok dan Sumbawa menjadi lebih pendek,” demikian kata Ridwansyah beberapa hari yang lalu. (NM1)
