NUSRAMEDIA.COM, SUMBAWA – Setelah melaksanakan reses hari pertama tepatnya di GOR Mampis Rungan wilayah Brang Biji – Kabupaten Sumbawa, Senin malam (11/2) lalu.
Anggota DPRD NTB asal Dapil 5 Sumbawa – KSB, H Johan Rosihan, ST kembali melanjutkan perjalanan ke wilayah bagian timur Sumbawa.
Hal itu dilakukan, tak lain untuk melaksanakan giat serupa dihari keduanya, yakni di Desa Ongko Kecamatan Empang, Selasa (12/2) kemarin.
Tak mau kehilangan momen, para petani jagung dikawasan hutan produksi tersebut memanfaatkan kedatangan wakil rakyatnya untuk bertukar pikir dalam menuai solusi atas setiap persoalan yang mengganjal dihati mereka.
“Alhamdulillah, kemarin saya mengunjungi para petani penggarap jagung disekitar kawasan hutan produksi di Desa Ongko,” kata H Johan Rsoihan kepada media ini, Rabu pagi (13/2).
Kunjungan yang dilakukan oleh Ketua Komisi III DPRD NTB ini, lantaran banyak persoalan yang dihadapi para petani setempat.
Yang paling utama, yakni ketika mencuatnya persoalan musibah banjir, mereka (para petani jagung) kata pria yang akrab disapa Haji Johan ini merasa selalu dipersalahkan.
“Mereka butuh tempat curhat dan bersandar atas apa yang mereka rasakan. Mereka merasa selalu dipersalahkan ketika kerap terjadinya musibah banjir,” ujar politisi muda asal PKS yang dikenal akrab dengan semua kalangan ini.
Disisi lain adapun hal yang ditangkap oleh Ketua Fraksi PKS DPRD NTB ini. Menurutnya, bahwa para petani sejatinya sangat ingin menghijaukan hutan dengan tanaman kayu yang memiliki nilai ekonomis.
Bahkan belum lama ini kata Haji Johan, mereka melakukan upaya urunan dalam membeli bibit kemiri dan sengon.
Hanya saja tidak maksimalnya mereka dalam berbuat secara massif, lantaran dikendalai oleh keterbatasan beberapa factor.
“Jadi memang banyak hal yang saya tangkap (serap aspirasi). Sebenarnya mereka sangat ingin menghijaukan hutan, sebagai bentuk upaya nyata mereka juga baru-baru ini urunan membeli bibit kemiri dan sengon,” terang Haji Johan.
“Intinya para petani kita ini mau diajak bicara dan siap bekerjasama dalam program pemerintah. Malah mereka meminta jika ada bibit duren untuk lahan kering. Cuma kan harga bibir duren ini terlalu mahal yaitu mencapai Rp 30 ribu/pohon,” imbuhnya.
Dalam persoalan ini lebih jauh diungkapkan pria ramah yang akrab pula disapa JR ini menyatakan, bahwa para petani jagung ini sangat berharap uluran tangan dan perhatian nyata secara serius dari pemerintah.
Dengan harapan kata Haji Johan, agar setiap persoalan dapat menemui solusi dan dapat menyenangkan semua pihak.
“Jadi mereka ini sebenarnya mendukung (program pemerintah), hanya ada kendala factor keterbatasan saja. dan bagusnya lagi mereka mau dijakan bicara dan bekerjasama dengan harapan pemerintah bisa serius memberikan perhatiannya,” tutup H Johan Rosihan. (NM1)
