
NUSRAMEDIA.COM — Anggota DPRD Provinsi NTB jebolan Dapil Kota Mataram, Made Slamet menyoroti sejumlah persoalan mendasar yang menurutnya masih menjadi “PR” bagi Pemerintah Kota (Pemkot) setempat.
Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan bahwa, wajah Kota Mataram sebagai barometer sekaligus Ibu Kota Provinsi NTB dinilainya tak cukup hanya dipoles di permukaan, melainkan harus dibenahi secara menyeluruh.
Dewan Made Slamet pun lantas mengibaratkan Kota Mataram layaknya ‘perempuan’. “Kalau kita ibaratkan Mataram seperti perempuan, sekarang ini baru mukanya saja yang dipoles,” tegas pria yg duduk di Komisi II DPRD NTB itu.
“Dikasih lipstik, bedak. Tapi bagian dalamnya belum tersentuh. Nah, justru dalamnya ini yang harus dibenahi secara tegas,” sambung Made Slamet yang juga menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kota Mataram tersebut.
Diungkapkannya, salah satu persoalan mendasar yang patut menjadi perhatian serius adalah penataan ruang kota. Peristiwa bencana banjir yang belum lama terjadi menjadi cermin bahwa sistem tata ruang belum berjalan sebagaimana mestinya.
“Peristiwa kemarin itu (banjir) membuka mata kita. Dalam waktu singkat bisa mengguncang. Itu artinya, ada yang salah secara struktural. Tata ruang kita ini tidak bagus, terutama pada level yang tak terlihat oleh mata. Itu yang berbahaya,” katanya.
Selain persoalan tata ruang, Made Slamet juga menyoroti ketimpangan ekonomi dilingkup Kota Mataram, khususnya sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Ekonomi mikro sama sekali belum tersentuh,” ujarnya.
“UKM itu ibarat api dalam sekam, kelihatannya tidak ada masalah, tapi di dalamnya menyala. Yang kecil-kecil ini harusnya dibina, bukan justru dibungkus oleh yang bermodal besar,” sambung Dewan Made Slamet.
Ia mengatakan, pembangunan ekonomi kota seharusnya bertumpu pada penguatan pelaku usaha kecil, karena merekalah yang dinilai paling dekat dengan masyarakat dan paling terdampak dalam kondisi krisis.
Dari sektor pendidikan, Made Selamet juga menilai masih ada ketimpangan yang cukup mencolok antar sekolah. Ia menyebut beberapa sekolah favorit masih menjadi pilihan utama masyarakat.
Sementara, masih kata Dewan Made Slamet sekolah-sekolah di pinggiran sepi peminat bahkan terancam tidak mendapatkan siswa. “Ada SD dan SMP yang hanya dapat 1 sampai 2 murid, itu banyak,” ujarnya.
“Artinya distribusi murid tidak merata, dan ini bukan persoalan baru. Tapi seolah-olah dibiarkan begitu saja tanpa ada evaluasi mendalam dari pemerintah,” lanjutnya lagi.
Oleh karenanya, Dewan Made Slamet menyerukan pentingnya upaya penataan menyeluruh agar Kota Mataram benar-benar layak menyandang status sebagai Ibu Kota Provinsi NTB.
“Kalau orang baru datang ke NTB, kan pasti lihat Mataram dulu. Kalau kotanya semrawut, itu bisa mencoreng nama seluruh provinsi. Maka saya minta, jangan hanya ‘melipstik’, tapi benahi yang tidak kelihatan tapi berdampak besar: tata ruang dan ekonomi rakyat,” tutupnya. (red)