Bincang Kamisan Edisi ke-12 itu, mengangkat tema besar : Memaknai Kemerdekaan Bagi NTB. Diskusi ini menggugah refleksi mendalam tentang sejauh mana kemerdekaan. (Ist)

NUSRAMEDIA.COM — Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) melalui Dinas Kominfotik Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali menggelar Bincang Kamisan.

Bincang Kamisan Edisi ke-12 itu, mengangkat tema besar : Memaknai Kemerdekaan Bagi NTB. Diskusi ini menggugah refleksi mendalam tentang sejauh mana kemerdekaan.

Dimana telah diisi secara bermakna oleh NTB dalam berbagai aspek. Kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, kini menuntut implementasi nyata.

Terutama dalam pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Guru Besar dan Pakar Komunikasi UIN Mataram Kadri menekankan bahwa kemerdekaan harus diukur dari sejauh mana rakyat merasakan kenyamanan dan kesejahteraan dalam hidupnya.

“Kita memang sudah merdeka, tapi apakah rakyat sudah merasakan kemerdekaan itu? NTB masih dihadapkan pada tantangan besar seperti angka kemiskinan yang masih berada di atas 11 persen,” ungkapnya.

Baca Juga:  Mesin Mati Total di Perairan Lombok, Sebuah Kapal Tenggelam Dihantam Gelombang

Dirinya menjelaskan pula, pada sisi lain NTB masih memiliki PR yaitu angka pengangguran sebanyak 2,73%. Potensi daerah yang dimiliki harus memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi rakyat.

“Butuh kekompakan antara pemimpin dan rakyat. Dengan semangat kebersamaan,” imbuh Prof Kadri. Ia menyarankan, agar Pemerintah NTB mengedepankan semangat akomodatif dan komunikatif dalam menjalankan program strategis.

Dirinya mengapresiasi gaya komunikasi kepemimpinan Gubernur NTB dan Wakil Gubernur NTB yang dinilai bersetara dengan rakyat. “Saya melihat gubernur dan wagub beberapa kali tampil ala rakyat,” katanya.

“Berkunjung ke suatu daerah, tanpa protokoler mencolok, kulineran merakyat, style birokratik yang bersetara itu, sebagai upaya hadir membangun komunikasi yang setara antara pemerintah dengan rakyat,” lanjutnya.

Baca Juga:  Fraksi PAN DPRD Setujui Dua Ranperda Usulan Pemda Sumbawa

Tak hanya itu, dia juga menyinggung fenomena one peace sebagai cerminan perkembangan komunikasi zaman digital. Nasionalisme tetap harus dijaga, salah satunya dengan meneguhkan nilai-nilai Trisakti Bung Karno.

Yaitu, kata dia, berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Kemudian, Pengurus Pepabri NTB Mayor (Purn.) I Nyoman Dirga mengingatkan kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan, bukan hadiah.

“Jangan ragukan semangat kebangsaan dan kerakyatan. Itu adalah ruh perjuangan para pendahulu kita,” tuturnya yang juga Dosen Universitas 45 Mataram itu. Dirinya mengajak untuk penerapan nilai Tri Hita Karana.

Yakni menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Dirinya mencontohkan pentingnya menjaga kelestarian hutan dan mata air sebagai bentuk penghormatan terhadap alam yang dahulu menjadi basis perjuangan fisik para pejuang.

Baca Juga:  Meriahkan HUT RI ke-80, Jalan Sehat Pemaru Sukses, Sudirsah Sujanto : "Terimakasih Kepada Semua Pihak"

Purnawirawan Angkatan Darat dari Kodim 1606 Lombok Barat itu menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai benteng dari arus budaya asing. Dalam konteks kebebasan berpendapat, ia menegaskan bahwa nasionalisme dan semangat merah putih harus tetap lebih tinggi dari segalanya.

“Perlunya kita membentengi budaya Indonesia dengan melestarikan kearifan lokal dari budaya asing yang harus difilter,” serunya lantang pada akhir sesi acara. Forum Bincang Kamisan kali ini menjadi ruang reflektif, sekaligus pengingat bahwa pembangunan dan kemerdekaan sejati tak bisa dilepaskan dari semangat persatuan, kedaulatan, penguatan karakter budaya bangsa, serta kearifan lokal. (red)