

NUSRAMEDIA.COM — Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Abdul Rahim meninjau sekolah yang terdampak banjir di Lingkungan Banjar, Kelurahan Banjar, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
Sekolah itu antara lainnya TK Aisyiyah 7 dan SD Aisyiyah. Bram akrabnya ia disapa mengaku prihatin atas luputnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB dan Pemkot Mataram.
Ini lantaran dinilai tidak menaruh perhatian pada sekolah satu atap tersebut. Padahal, semua ruangan kelas, musholla dan halaman sekolah nampak jelas ikut terendam banjir.
“Kenapa saya datang kemari. Karena sekolah ini luput dari perhatian pemda. Makanya, saya datang untuk melihat sejauh mana genangan banjir yang membuat sekolah ini terendam hingga kini,” ujarnya, kemarin.
Menurut politisi PDI Perjuangan itu bahwa, dari hasil tinjauan lapangan yang dilakukannya justru drainase di sekolah itu tidak ada. Parahnya lagi, ungkap dia, sumur resapan yang ada tidak berfungsi maksimal.
Karena itu, diperlukan normaliasai atas kondisi lingkungan sekolah tersebut. Menyikapi hal itu, Abdul Rahim mengaku akan berupaya memperjuangkan sumur resapan bisa normal.
“Saya akan perjuangkan sumur resapan bisa normal kembali. Tadi saya sudah minta pada ibu guru agar segera membuat usulan program ke saya untuk di anggarkan di APBD 2026,” terang Abdul Rahim.
Legislator Udayana jebolan Dapil V Sumbawa-KSB itu lantas meminta Dinas PUPR NTB untuk melakukan perbaikan terhadap saluran irigasi yang berada di depan sekolah. “Minimal harus ada pengerukan secara rutin,” katanya.
“Ini saya lihat, saluran irigasi utama malah dangkal akibat banyak sampah yang menggenang,” imbuh Abdul Rahim menyayangkan. Selain meninjau sekolah, dirinya juga menyerahkan sejumlah bantuan kepada pihak sekolah.
“Ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap nasib sekolah dan warga yang terdampak banjir,” katanya. Pihak sekolah pun mengapresiasi kepedulian anggota DPRD. Pasalnya, sejak minggu lalu, telah bergerak nyata membantu pihak sekolah.
Mulai dari halaman, ruang kelas, hingga musholla yang terendam banjir sempat dilakukan penyedotan. Karena hal itu dinilai mengganggu aktivitas pendaftaran siswa baru.
“Kita apresiasi, termasuk penyedotan yang dilakukan untuk membuang air, sehingga halaman dan ruang kelas menjadi surut,” ujar Imah perwakilan guru setempat kepada wartawan.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB melaporkan sebanyak 7.676 kepala keluarga atau setara 30.681 jiwa terdampak bencana banjir akibat hujan yang melanda Kota Mataram dan daerah sekitarnya.
Kepala BPBD NTB Ahmadi mengatakan, ada enam kecamatan di Kota Mataram yang terdampak banjir, yakni Sandubaya, Mataram, Cakranegara, Sekarbela, Selaparang, dan Ampenan.
“Korban luka-luka sebanyak 15 jiwa dan korban mengungsi ada 520 jiwa. Sedangkan, korban meninggal dunia dan korban hilang masih dalam proses pendataan,” ujarnya.
Ahmadi menjelaskan, sungai-sungai yang mengalir di Kota Mataram meluap dan merendam pemukiman penduduk akibat hujan intensitas sedang hingga lebat pada Minggu (6/7) mulai pukul 14.00 Wita sampai sore.
“Peristiwa itu menyebabkan puluhan mobil terseret banjir, pohon tumbang, dan tembok keliling tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Sandubaya roboh ke arah jalan. “Kondisi saat ini sudah kondusif. Tim gabungan bersama saat ini sedang melakukan pembersihan material sisa banjir,” pungkasnya. (red)













