![](https://nusramedia.com/wp-content/uploads/2024/12/kmc_20241203_013625-1024x576.jpg)
NUSRAMEDIA.COM — Anggota DPRD Kabupaten Sumbawa dari Fraksi Partai Gerindra, Andi Rusni menyoroti serius soal semakin maraknya penyebaran virus HIV/AIDS di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Pria yang kerap disapa Andis itu mengaku prihatin dengan perihal ini. “Penyebaran Virus HIV/AIDS atau Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) di Kabupaten Sumbawa sudah sangat memperihatinkan,” ujarnya.
“Sejak kemunculannya, HIV/AIDS kita ketahui berasal dari luar daerah, akan tetapi saat ini justru marak kita jumpai di sekeliling kita dan menimpa orang-orang dekat kita,” imbuhnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima media ini, Senin (02/12/2024).
Hal ini menurut dia berdasarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat. Oleh karenanya, dia pun mencoba menghimpun data dan informasi dari berbagai sumber.
Termasuk dengan mendatangi instalasi kesehatan di Kabupaten Sumbawa, seperti di Rumah Sakit Manambai Abdulkadir (RSMA) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa.
“Berdasarkan data yang ada, di RSMA saja tidak kurang dari 90 orang setiap bulannya yang datang berobat ke RSMA. Sampai saat ini, ada 196 orang pasien HIV/AIDS yang berobat ke RSMA,” bebernya.
“Sementara itu, di RSUD Sumbawa, dari data yang dapat kami himpun, ada 21 orang terinfeksi HIV/AIDS dan 1 diantaranya sudah dikembalikan ke PDP Dompu, karena merupakan warga Dompu. Kecilnya angka di RSUD Sumbawa itu disebabkan bahwa RSUD Sumbawa baru membuka layanan ini sejak 2024,” imbuhnya.
“Ironisnya, penyebaran virus ini umumnya terjadi melalui penyimpangan perilaku seks laki dengan laki (LDL) dan terjadi di kalangan pelajar dan usia produktif,” tegas Legislator Gerindra yang dikenal cukup vocal ini.
Dalam beberapa kasus, masih kata Andi Rusni, ada usia pelajar kelas 1 SMA terinfeksi virus ini. “Itu artinya pada usia SMP mereka sudah melakukan perilaku seks menyimpang,” sesalnya.
Menurut dia, terkadang dalam kasus ini banyak juga diantara mereka yang menjadi korban dari Kaum Sodom yaitu kaum yang suka sesama jenis dengan cara membelikan makanan.
“Bahkan pakaian dan lainnya, sehingga bujuk rayu tersebut menyebabkan terjadi hubungan seks menyimpang tersebut,” duganya. Selain HIV/AIDS, ia juga menyoroti persoalan penyebaran kasus penyakit kusta/lepra.
Pasalnya, pada kasus ini dinilainya juga terjadi peningkatan. “Meningkat, dan malah berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa). Di Kabupaten Sumbawa saat ini, ada 101 orang menderita penyakit kusta ini,” ungkap Andis.
“Meningkat drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Tertinggi Kasus di Kecamatan Sumbawa dengan 28 Kasus di Puskesmas Unit II dan 13 Kasus di Puskesmas Unit I,” ungkapnya lagi.
Menurut Andi Rusni, persoalan ini dinilai layaknya fenomena ‘Gunung Es’. “Seperti fenomena gunung es, nampak di permukaan samudera kecil namun sesungguhnya sudah sangat besar,” katanya.
“Angka HIV/AIDS dan Kusta ini pun tidak bisa dipandang sebelah mata atau dianggap kecil, karena yang nampak saja sudah sangat besar dan terus akan berkembang dari tahun ke tahun,” tegasnya.
“Oleh sebab itu, kami mempertanyakan apa saja program yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) selama ini untuk mencegah merebaknya kasus HIV/AIDS maupun lepra/kusta ini,” tanyanya menyoroti.
Diungkapkan, bahwa di RSMA saat ini mereka sudah melakukan pendataan langsung saat orang pertama kali datang berobat dengan menginput data mereka dengan SIHA 2.1. (Sistem Informasi HIV/AIDS & PIMS).
Dengan cara ini, sambung dia, data ODHA itu akan lansung terkoneksi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, Provinsi bahkan Kementerian Kesehatan RI. “Cuma terkadang masalahnya adalah lemahnya penanganan di lapangan,” sesalnya.
“Banyak diantara pasien yang enggan berobat secara rutin sehingga menyebabkan kasus ini semakin marak disamping pendampingan terhadap Kaum LGBT yang terus merebak di Kabupaten Sumbawa ini,” tuturnya lagi.
Tugas di lapangan ini, masih kata Andis, semestinya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa. “Apa bentuk treatment yang sudah dilakukan selama ini untuk mencegah ini?,” tanyanya.
“Sudahkah dilakukan sosialisasi secara intensif dan massif untuk mencegah marak ini hal ini terjadi ? Saya merasa ini tidak serius dilakukan dan jika ini benar maka ini akan seperti Bom Waktu, yang sewaktu-waktu akan meledak !,” tegasnya.
Tak hanya itu, ia juga meminta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sumbawa harus memantau melalui sekolah-sekolah. “Sebab, banyak juga korban maupun pelakunya justru banyak di kalangan usia pelajar dan mahasiswa,” kata Andi Rusni menduga.
“Kepada Unsur lain seperti Ormas Keagamaan misalnya MUI, PHDI dan lainnya juga harus ambil bagian untuk mencegah semakin maraknya kasus ini di masa mendatang. Jika kita tidak berbuat, maka saya khawatir anak-anak kita, keluarga dan lingkungan kita akan terinfeksi orang perilaku hidup menyimpang ini,” pungkasnya. (red)
![](https://nusramedia.com/wp-content/uploads/2024/08/IMG-20240818-WA0018.jpg)