Satgas Pengendalian Harga Beras (PHB) Provinsi NTB saat melakukan kroscek lapangan. (Ist)

NUSRAMEDIA.COM — Stok dan harga beras di Nusa Tenggara Barat (NTB) nampaknya aman terkendali. Ini berdasarkan hasil kroscek lapangan yang dilakukan oleh Satgas Pengendalian Harga Beras (PHB).

Kroscek oleh Satgas PHB NTB itu menyasar ke sejumlah pasar tradisonal dan ritel modern di lingkup Kota Mataram belum lama ini. Langkah itu untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan beras.

Satgas PHB NTB sendiri terdiri dari Satgas Pangan Polda NTB, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Perum Bulog Kanwil NTB, Dinas Perdagangan, hingga Dinas Ketahanan Pangan NTB.

Pengecekan dilaksanakan di kios-kios Pasar Mandalika, MGM Cakranegara dan Distributor PT Sumbersari Cakranegara sebagai pemasok utama beras ke pasar-pasar di Mataram dan sekitarnya.

Baca Juga:  Pemprov NTB Jelaskan Alasan Penyewaan Mobil Listrik Gantikan Mobil Dinas

Selasa (28/10/2025), Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB Jamaluddin Malady membenarkan perihal tersebut. Dikatakan, giat itu merupakan bagian dari pengawasan rutin.

Yakni untuk menjaga stabilitas pangan, khususnya komoditas beras yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Untuk memastikan harga beras tetap sesuai ketentuan, dan tidak merugikan masyarakat.

Saat FGD September lalu, para pelaku usaha atau distributor diketahui membeli gabah dengan harga Rp7.000 per/kilogram. Informasinya, saat akhir tahun 2025 sampai awal tahun 2026 nanti menjadi puncak harga maksimal gabah.

“Ini yang coba kita carikan solusi bersama, agar NTB bisa keluar dari Zona Merah terkait harga beras ini” katanya. Berdasarkan data sandingan antara Disdag dan DKP NTB, harga beras medium rata2 mendekati HET.

Baca Juga:  Ketua Komisi IV DPRD Paparkan Hasil Pertemuan dengan Kemenkes : "Pembangunan RSUD Sumbawa Terus Dipercepat"

Sedangkan untuk beras premium, ungkap Jamal, sebagian besar di atas HET. Harga beras melampaui HET, masih kata Eks Kepala Dinas Pariwisata NTB itu, disebabkan karena harga gabah yang tinggi.

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di petani saat ini Rp 7.300 per kilogram dan Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan menyentuh angka Rp 8.000 lebih, belum termasuk biaya angkut buruh dan transportasi.

“Banyak pelaku usaha dari luar NTB juga yang berani membeli gabah dengan harga tinggi, sehingga pelaku usaha lokal juga harus ikut bersaing dengan harga tinggi tersebut,” bebernya.

Baca Juga:  Disdag NTB Gelar Sosialisasi Rokok Ilegal di Sumbawa, Tegaskan Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Sebelumnya, pihak Satgas Pangan Polda NTB Kombes Pol Mohammad Kholid mengatakan bahwa, hasil pengecekan di lapangan, harga beras masih berada dalam batas HET.

Meski begitu, imbauan diberikan kepada para pedagang agar tidak menaikkan harga secara sepihak atau melakukan penimbunan. “Jangan mencoba bermain-main,” ingatnya.

Data sementara menunjukkan stok beras di NTB masih dalam kondisi sangat aman dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat hingga beberapa bulan ke depan. “Pengawasan akan kami intensifkan secara berkala,” tutupnya. (Adv/*)