Ketua Badan Pemenangan Pemilu dan Pilkada (BP3) DPW PKS Nusa Tenggara Barat, H Sambirang Ahmadi. (Ist)
Ketua Badan Pemenangan Pemilu dan Pilkada (BP3) DPW PKS Nusa Tenggara Barat, H Sambirang Ahmadi. (Ist)

NUSRAMEDIA.COM — Kontestasi Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Barat (NTB) 2024 sepertinya akan berlangsung seru dan ketat. Terlebih saat ini, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) secara resmi dan terbuka telah menentukan arah dukungannya di Pilgub NTB tahun ini.

Dengan jelasnya arah dukungan PKB, maka saat ini diperkirakan nantinya kontestasi Pilgub NTB bakal diikuti oleh tiga pasang calon (paslon). Tercatat saat ini, dari empat pasang bakal calon, tiga bapaslon diantaranya bisa dikatakan sudah di posisi aman dan akan masuk ke “gelanggang”.

Diketahui bersama, sebelumnya ada dua bapaslon yang tengah memenuhi syarat dan berada diposisi aman. Pertama, Zulkieflimansyah-Suhaili (Zul-Uhel). Pasangan itu diketahui diusung dan didukung oleh PKS, Demokrat, NasDem dan Hanura. Syarat minimal 13 kursi atau 20 persen di parlemen sudah terlampaui.

Jika ditotalkan, sementara ini pasangan Zul-Uhel telah berhasil mengamankan sebanyak 19 kursi dari sejumlah partai politik (parpol) tersebut. Kemudian bapaslon Lalu Muhammad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri (Iqbal-Dinda). Pasangan ini juga berada di posisi aman dan telah melampaui syarat dukungan.

Baca Juga:  PWI NTB Minta Polres Sumbawa Hormati Undang-Undang Pers

Saat ini, Iqbal-Dinda diketahui diusung oleh Gerindra, PAN dan PPP. Bahkan disebut-sebut Golkar juga akan merapat mengusung paslon ini. Jika Golkar benar merapat, maka raihan dukungan Iqbal-Dinda mencapai 31 kursi. Sementara Sitti Rohmi Djalilah-Musyafirin (Rohmi-Firin) baru saja sampai dititik aman.

Bapaslon tersebut diketahui telah didukung oleh PKB (6 kursi), Perindo (3 kursi) dan PDI Perjuangan (4 kursi). Bahkan kabarnya juga didukung oleh PBB (2 kursi). Total perolehan kursi Rohmi-Firin saat ini berjumlah 15 kursi. Jumlah tersebut tentunya telah melampaui syarat minimal di parlemen yang hanya 13 kursi.

Sedangkan untuk Bapaslon Lalu Gita Ariadi dan Sukiman (GasMan), hingga saat ini belum mendapatkan dukungan dari partai manapun. Meski demikian, tentunya masih ada peluang. Karena diketahui bersama, masih ada satu partai besar lagi yang belum menentukan sikap dukungannya di Pilgub NTB, yaitu Partai Golkar yang memiliki 10 kursi di DPRD NTB.

Baca Juga:  Mesin Mati Total di Perairan Lombok, Sebuah Kapal Tenggelam Dihantam Gelombang

Kalaupun, Golkar bakal berlabuh ke GasMan, pasangan itu nampaknya akan kerja keras. Karena masih kekurangan 3 kursi lagi untuk memenuhi syarat minimal 13 kursi di parlemen. Artinya, GasMan harus mencari 3 kursi lagi untuk memenuhi syarat 20 persen itu, sehingga nantinya bisa mendapatkan ‘golden ticket’ masuk gelanggang dan mendaftar ke KPU.

RESPON PKS ROHMI-FIRIN MASUK “GELANGGANG”

Berangkat dari itu, sebagai salah satu partai pengusung Zul-Uhel dan Iqbal-Dinda, PKS dan Gerindra akhirnya angkat suara menanggapi Rohmi-Firin yang kini juga sudah diposisi aman masuk gelanggang. Sambirang Ahmadi selaku Ketua Badan Pemenangan Pemilu dan Pilkada (BP3) DPW PKS NTB mengaku senang dan menyambut baik dengan keputusan PKB dan amannya Rohmi-Firin.

Menurut dia, berbagai dinamika yang terjadi menjelang Pilgub NTB, bisa dijadikan sebuah pembelajaran bersama. Bahwa inilah adalah salah satu gambaran demokrasi. “Kita senang sekali. Itu bagus untuk pembelajaran demokrasi. Kita doakan semua putra-putra terbaik NTB ini sehat selalu dan bisa menunjukan gagasan terbaiknya untuk NTB lebih baik,” ujarnya.

Baca Juga:  Fraksi Demokrat PPP Pembangunan DPRD Sumbawa Soroti Penurunan Target Pendapatan Daerah

Menurut dia, Rohmi-Firin dengan bapaslon lainnya merupakan sahabat baik. Sehingga setiap kehadiran bapaslon dinilai PKS adalah sebuah “menu” positif untuk dipilih masyarakat nantinya. “Mereka semua sahabat satu sama lain. Jadi kita juga harus melihat Pilkada ini sebagai ‘hidangan’ kontestasi yang positif,” kata pria yang juga Sekretaris Fraksi PKS NTB itu.

Oleh karenanya, kembali ditegaskan Haji Sambirang ini, justru PKS menilai lawan politik bukanlah sebagai ancaman. Justru, kata dia, hal itu dijadikan pihaknya sebagai sumber daya. “Karena itu, kita (PKS) sama sekali tidak melihat lawan politik itu sebagai ancaman, melainkan sebagai sumber daya,” demikian Sambirang Ahmadi menambahkan. (red)