NUSRAMEDIA.COM — Kepedulian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat dibawah kepemimpinan Gubernur Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalilah terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB nampaknya cukup besar. Hal ini dibuktikan secara nyata oleh Pemprov melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB melakukan kunjungan silaturahim ke sejumlah perusahaan penempatan PMI di Malaysia. Antara lainnya seperti Koperasi Ladang Berhad (KLB), Johor Bahru pada Rabu (13/7) lalu.
Kemudian Kamis (14/7) lalu, rombongan melanjutkan perjalanan silaturahim ke Sime Darby Plantation di Pulau Carey, Selangor, Malaysia. Jum’at (15/7) kemarin, rombongan juga bersilaturahim dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur. Kedatangan rombongan disambut langsung dan hangat oleh Duta Besar Indonesia di Malaysia, yakni Hermono. Tak hanya itu, sebuah perusahaan besar lainnya yang ada di Kuala Lumpur juga didatangi. Ini dalam rangka membangun komunikasi baik antara NTB, Indonesia dengan perusahaan-perusahaan penempatan PMI di Malaysia. Untuk sampai disejumlah titik tersebut tidaklah mudah.
Dimana rombongan yang diketuai oleh Kepala Disnakertrans NTB sebagai utusan langsung oleh Gubernur Zulkieflimansyah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Betapa tidak, untuk sampai ditiap titik tersebut, rombongan harus menempuh perjalanan cukup jauh, yaitu sekitar 7 hingga 8 jam lamanya. Nampak terporsir, penat dan lelah menjadi warna perjalanan rombongan. Namun berkat semangat dan kekompakkan dalam bingkai kebersamaan semuanya tidak begitu terasa. Hal itu nampak terbayarkan dengan bertemunya secara langsung pihak rombongan bersama PMI asal NTB yang ada disejumlah perusahaan penempatan.
Kehangatan dan kebahagiaan menjadi warna dalam silaturahim tersebut. Dikesempatan ini, sesuai petunjuk dan perintah, pihak rombongan memastikan secara langsung situasi dan kondisi PMI asal NTB. Secara umum, sikon PMI NTB disejumlah perusahaan terbilang sangat baik. Dimana para PMI NTB nampaknya mendapat perlakuan dan perhatian yang baik dari sejumlah pihak perusahaan penempatan tersebut di Malaysia. Dari segi akses, fasilitas, perlindungan para pekerja termasuk soal kesehatan dan gajinya terbilang sangat layak.
Betapa tidak, jaminan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Tempat tinggal PMI pun disediakan dengan layak bahkan digratiskan tanpa harus membayar air maupun listrik dan lain sebagainya. Selain itu pula, penghasilan para PMI cukup mencengangkan. Bukan main, gaji mereka rata 1.500 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp 5 juta, bahkan ada yang mencapai diangka fantastis dengan kisaran Rp 25 juta lebih perbulannya. Seperti dikesempatan pertemuan di Sime Darby Plantation, Kepala Disnakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi mengungkapkan maksud kedatangannya.
Selain ingin menjalin kemitraan bersama yang baik, pihaknya juga ingin memastikan secara langsung situasi dan kondisi pekerja yang ada, khususnya PMI asal NTB. Ini juga dalam rangka menyukseskan sebuah program Pemprov NTB, yaitu ‘NTB Zero Unprosedural PMI’. “Jadi kedatangan kami atas perintah Pak Gubernur dan juga Ibu Wakil Gubernur (Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah atau biasa disebut pasangan Zul-Rohmi). Kita ingin memastikan PMI asal NTB yang bekerja ke Sime Darby ini memberikan kemanfaatan bersama. Dimana PMI kita juga benar-benar diperlakukan baik dengan maksimal,” kata I Gede Putu Aryadi.
“Baik dari sisi aksesnya, fasilitasnya, perlindungan maupun soal gajinya. Dan sepertinya semua itu (sudah terpenuhi) sesuai yang diharapkan bersama,” tambah pria yang kerap disapa Gde Aryadi tersebut didampingi Kabid Penempatan dan Perluasan Kerja Disnakertrans NTB, Moh Ikhwan dihadapan para petinggi Sime Darby Plantation. Tak lupa pula, Gde Aryadi pun menitipkan sebuah harapan kepada pihak perusahaan tersebut, yang mana para PMI, khususnya asal NTB dapat terus diperhatikan dan diperlakukan dengan baik. Karena ia meyakini, dengan diperlakukannya PMI secara baik, maka akan baik pula untuk pihak perusahaan.
“Ketika mereka diperlakukan dengan baik, maka mereka merasakan perhatian perusahaan dan dapat memberikan kemanfaatan yang baik secara bersama,” harap mantan Kepala Dinas Kominfotik Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut. Gde Aryadi juga mengungkapkan, bahwa rekrutmen PMI NTB mencapai 5.335 orang. Mereka tersebar di 104 negara penempatan, dan terbesar ada di Malaysia yang mencapai sekitar 60 persen. Dimana sekitar 80 persen mereka bekerja disektor perladangan.
Oleh karenanya, demi kebaikan bersama, dia juga menekankan, agar para PMI harus menggunakan jalur resmi atau sesuai dengan prosedur, bukan sebaliknya menjadi PMI non prosedural atau ilegal. Karena ketika melalui jalur ilegal, akan berdampak negatif dan merugikan diri sendiri. Hal itupun menjadi sebuah harapan dari pihaknya kepada perusahan penempatan yang ada di Malaysia, termasuk Sime Darby Plantation agar menyerap PMI yang legal sesuai prosedur. Ini menjadi penting, mengingat NTB ingin terus menjalin kemitraan yang baik dengan berbagai perusahaan penempatan di Malaysia. “Kita ingin jalin kemitraan yang baik. Yaitu hubungan kemitraan yang baik dan (memiliki harapan) sama. Terutama soal (penyerapan) PMI nya (khusus dari NTB) harus sesuai prosedur,” demikian Kepala Dinas Nakertrans Provinsi NTB.
SIME DARBY PLANTATION NGAKU SENANG DENGAN PMI NTB
Sementara itu, CEO Upstream Malaysia-Sime Darby Plantation, Roslin Azmy Hassan mengungkapkan, bahwa pasca pandemi COVID19 pihaknya membutuhkan para pekerja migran asal NTB, umumnya Indonesia. Selain merasa senang, pihaknya menilai PMI masih serumpun dan dinilai sangat mudah untuk berkomunikasi. Karena pola bahasa yang tidak jauh berbeda, sehingga komunikasi menjadi baik. Selain itu, PMI asal NTB juga dikenal baik dan sangat rajin dalam bekerja. Dia pun tak menampik, sejak tahun 1990an, bahwa suku yang paling banyak datang bekerja di Sime Darby Plantation adalah dari Pulau Lombok, NTB.
Sehingga tak heran, PMI menjadi mayoritas bekerja diperusahaan penempatan tersebut. “Kita butuh PMI, saya senang dan kita serumpun. Bahasa juga sangat mudah. Mayoritas Indonesia, PMI,” kat Roslin Azmy Hassan. Adapun kabar baik yang disampaikan oleh CEO Upstream Malaysia tersebut, mengingat tidak lama lagi akan tiba waktu panen, salah satu perusahaan raksasa terbesar kedua di dunia yang bergerak disektor kelapa sawit tersebut mengaku membutuhkan pekerja dalam jumlah yang cukup banyak. “Ada sekitar empat (4) ribu PMI yang dibutuhkan untuk panen. Kita butuh (PMI) saat ini,” demikian singkatnya.
KETUM DPP APPMI : “LUAR BIASA”
Mendengar hal itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Pekerja Migran Indonesia (APPMI), Muazzim Akbar mengaku sangat senang dengan adanya kabar tersebut. Terlebih ia pun telah melihat secara nyata, bahwa PMI asal NTB yang bekerja di Sime Darby Plantation memiliki perhatian dan komitmen yang luar biasa terhadap PMI, khususnya asal NTB. “Kita telah melihat secara nyata, pekerja kita dengan gaji yang bagus dan diberikan fasilitas kerja yang baik. Sime Darby luar biasa. Kami berharap (Sime Darby Plantation) tidak lagi ambil pekerja (Diluar Indonesia), tapi cukup (ambil) di kita saja (PMI NTB), dan kami siap (mensupport),” kata Muazzim Akbar.
Pria yang juga Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) NTB itu juga tak lupa meminta kepada pihak perusahaan tersebut, agar betul-betul memperhatikan PMI NTB. Terutama dari sisi asuransinya. “Minta tolong asuransi PMI NTB juga diharapkan dapat dibayarkan di kedutaan. Dan itu tidak banyak hanya sekitar Rp 180 ribuan,” pintanya. “Karena banyak PMI (NTB) yang pulang tidak memiliki asuransi (pada saat sampai di NTB, Indonesia). Mari (bersama) kita bermitra. (Untuk para PMI NTB) jangan lari, karena kalau lari akan jadi ilegal dan akan jadi beban bagi Pemprov,” kata Muazzim Akbar sembari mengingatkan para PMI NTB agar menjadi pekerja yang baik dan benar serta mengedepankan prosedural. Sekedar informasi, Sime Darby Plantation memiliki area lahan seluas 11,5 ribu lebih hektare dari 15 ribu hektare luas lahan yang ada. Sime Darby Plantation merupakan salah satu perusahan terbesar nomor dua di dunia yang bergerak disektor Industri Kelapa Sawit. Perusahaan itu memiliki 80 ribuan pekerja tersebar di 14 negara, termasuk Indonesia.
KLB PUJI KINERJA PMI ASAL NTB
Sebelumnya, Mohd Damanhuri Bin Mohd Jamli selaku Chairman Koperasi Ladang Berhad (KLB) di Johor Bahru, Malaysia memuji kinerja Pekerja Migran (PMI) asal NTB, Indonesia. Mereka menilai PMI asal NTB adalah sebagai pekerja yang giat dan gigih bekerja diladang. “Mereka kuat-kuat,” ungkapnya dalam bahasa Melayu, Rabu (13/7) lalu. PMI asal NTB juga dinilai memiliki semangat untuk mengubah keadaan ekonomi keluarga. Bahkan dibanding pekerja ladang lokal asal Malaysia yang hanya sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi. “Mereka datang ke sini mencari harta (perbaikan ekonomi), bukan (sekedar) mencari makan,” kata Damanhuri Bin Mohd Jamli memuji etos kerja PMI asal NTB.
Oleh karenanya, pihaknya masih sangat mempercayakan pemenuhan tenaga kerja asal NTB menggarap berbagai sektor kerja diladang. Mulai dari bidang perkebunan sawit, peternakan sapi. Bahkan jual beli alat pertanian, hingga penggarapan ladang menggunakan teknologi drone. “Ada salah satu pekerja yang dibayar RM 7.373 atau setara IDR 25.026.949,” bebernya sambil menunjukkan bukti dalam tampilan layar proyektor. Gaji sebesar itu dapat diperoleh bagi pekerja dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Serta dapat menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang ada di ladang. Mohd Damanhuri juga memperlihatkan berbagai fasilitas kesehatan, pendidikan, pengembangan minat dan bakat, hingga tempat tinggal yang layak bagi para pekerja. “Kalau orang kata PMI disiksa, itu nggak (ada),” tepisnya.
Para pekerja diikat dengan kontrak kerja sama secara profesional. Diberi hak-hak seperti hari libur setiap Jumat, cuti, hingga asuransi kesehatan dan pendidikan anak. “Kalau ada pemilu, kami siapkan bilik pemungutan suara (TPS) untuk Pemilu dan Pilkada,” tuturnya. Berbagai fasilitas yang disiapkan itu sebagai komitmen KLB, ingin membangun sistem kerja yang profesional dan sesuai standar. Sehingga PMI dapat bekerja dengan aman dan tenang di ladang. “Total pekerja saat ini dari Indonesia sebanyak 100 orang dan Bangladesh 2 orang,” pungkasnya. (red)