NUSRAMEDIA.COM — Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan angkat bicara terkait perkembangan harga bahan pokok yang dinilainya melonjak sangat drastis. Terutama, soal harga cabai rawit merah yang tembus diangka Rp 84.823 per/kg atau melonjak sekitar 241,47 persen dibandingkan pada bulan lalu.
Tak hanya itu, politisi PKS juga menyoroti kenaikan harga cabai merah besar yang naik hingga 82 persen. Bahkan dibeberapa tempat harganya melonjak hingga 116 persen. Johan mengaku prihatin. Dimana kenaikan harga itu dinilainya sangat meresahkan konsumen. Belum lagi, soal belanja dapur yang merupakan kebutuhan pokok setiap rumah tangga.
Oleh karenanya, dia mendorong pihak Kementerian Pertanian menyikapi persoalan ini secara serius. “Saya minta Kementan memperbaiki permasalahan produksi yang belum stabil,” ujarnya kepada media ini, Minggu (12/6). Karena, Johan mengatakan, pada akhir tahun lalu produksi cabai juga terjadi penurun. “Ini tanggungjawab Kementan untuk menjaga stabilitas produksi cabai, agar bisa memenuhi kebutuhan konsumen,” imbuhnya.
Selain itu, menurut Anggota DPR RI asal Dapil NTB 1 (Pulau Sumbawa) ini, Kementan juga perlu mengoptimakan penanganan pasca panen. Sebab, kata dia, saat ini kehilangan hasil dari produksi cabai masih sangat tinggi, hingga harganya sering melonjak.
“Saya minta Kementan mempelopori agar penyusutan dari produksi cabai dapat diminimalisir melalui manajemen pasca panen yang baik,” katanya. “Kita semua paham bahwa komoditas cabai ini tidak tahan lama. Maka perlu teknologi pasca panen seperti resi gudang atau cold storage dan lainnya agar lebih tahan lama,” tambah Johan.
Oleh karena itu, pria kelahiran asal Kabupaten Sumbawa itu mendorong Kementan dapat memberikan insentif khusus kepada petani. Khususnya, petani yang menanam cabai agar produksinya stabil serta membuat terobosan agar distribusi cabai segar dan selalu lancar ke daerah konsumen.
“Sebab konsumsi cabai segar mencapai 60 persen, sehingga kestabilan produksi dan kelancaran distribusi cabai menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas harga dipasaran,” tutur Johan. Adapun Kementan diminta dapat proaktif membantu petani mengatasi serangan penyakit pada tanaman cabai serta meningkatkan luas tanam.
Termasuk dalam mengatasi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). “Saya harap Kementan mengantisipasi gagal panen yang sering dihadapi petani,” pintanya. “Sehingga mereka berfikir ulang untuk menanam cabai, pemerintah harus hadir membantu petani agar ada gairah untuk produksi cabai sehingga dampaknya harga akan lebih stabil,” sambungnya.
Lebih jauh dikatakan Johan, dia menilai harga cabai rawit yang melonjak tajam hingga 241,47 persen itu sangat dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dan adanya selera masyarakat akan komoditi cabai rawit. “Agar harga kembali normal, saya mendesak Kementan untuk lebih meningkatkan produksi cabai rawit merah dan jenis cabai lainnya. Karena dari sisi permintaan sebenarnya cukup stabil yaitu sekitar 250-260 ribu ton per/bulan,” demikian Johan Rosihan. (red)