Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS dari Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa, H. Johan Rosihan, ST. (Ist)
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS dari Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa, H. Johan Rosihan, ST. (Ist)

NUSRAMEDIA.COM — Anggota DPR RI Johan Rosihan angkat bicara soal insiden viral yang melibatkan salah seorang aktivis media sosial Ferry Irwandi. Pasalnya, dalam video yang damai diperbincangkan publik itu, Ferry terekam mengucapkan ancaman verbal kepada seseorang mahasiswa dalam forum diskusi terbuka.

Kalimat “gue tabok lu” yang diucapkan Ferry menuai kecaman, termasuk dari kalangan Akademisi Universitas Mataram (UNRAM). Johan Rosihan menyampaikan keprihatinannya atas gaya komunikasi yang menjurus pada intimidasi, terutama ketika itu terjadi dalam konteks diskusi ilmiah.

“Sebagai wakil rakyat sekaligus pembelajar hukum, saya memandang bahwa ruang akademik harus dijaga marwahnya,” tegas pria yang duduk di Komisi IV DPR RI tersebut. “Sebagai tempat yang menjunjung tinggi nalar, dialog, dan kemerdekaan berpikir—bukan tempat adu kuasa atau bahasa kekerasan,” imbuh Johan dalam keterangannya, Rabu (30/07/2025).

Baca Juga:  Dorong Pemda Galakkan Koordinasi dengan Pemprov NTB, Ketua DPRD Sumbawa : "Jangan Lupa UMKM"

Menurut politisi PKS asal Pulau Sumbawa itu, setiap bentuk ekspresi publik, terlebih yang bersinggungan dengan mahasiswa dan kalangan akademik, semestinya mengedepankan etika. Termasuk pola komunikasi, sikap mendidik, dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda.

“Sikap emosional dan kalimat seperti ‘gue tabok lu’ bukan hanya tidak etis, tetapi juga bisa menimbulkan ketakutan dan mematikan semangat kritis mahasiswa,” sesalnya. “Ini bertentangan dengan semangat kebebasan akademik dan demokrasi yang sehat,” tegas Legislator Senayan jebolan Daerah Pemilihan (Dapil) NTB 1 Pulau Sumbawa tersebut.

Baca Juga:  MotoGP Mandalika 2025 Ditaksir Berikan Dampak Ekonomi Tembus Rp4,8 Triliun

Terhadap kritik dari dosen Fakultas Hukum Unram, Widodo Dwi Putro, yang menyebut Ferry melakukan manipulasi murahan. “Saya memahami kegelisahan Prof Widodo,” kata Johan Rosihan. “Dalam diskursus hukum dan filsafat, konsistensi dan integritas pemikiran adalah fondasi utama. Bila pendapat berubah drastis tanpa argumen yang substansial, maka wajar jika publik mempertanyakannya,” sambungnya.

Oleh karenanya, Johan Rosihan pun lantas mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk para tokoh publik dan influencer, untuk ikut menjaga kualitas ruang dialog nasional. “Kita boleh berbeda pendapat, bahkan keras dalam substansi, tapi tetap rendah hati dan santun dalam cara. Jangan sampai gaya komunikasi yang destruktif menjadi hal biasa di hadapan generasi muda,” ingatnya.

Baca Juga:  Salut dengan Kepemimpinan Lalu Muhamad Iqbal, Sekretaris F-Demokrat NTB : "Pemimpin yang Amanah"

Insiden ini, lebih lanjut dikatakan Johan Rosihan, menjadi pengingat pentingnya literasi hukum dan komunikasi publik yang etis. Ia menegaskan, bila perlu, pihak berwenang dapat melakukan klarifikasi dan mediasi. “Agar kasus ini tidak menjadi preseden buruk dalam dunia pendidikan dan demokrasi,” pungkasnya. (red)