
NUSRAMEDIA.COM — Sejumlah komoditas yang ditanami oleh petani sangat rentan dengan kondisi cuaca. Terlebih di musim penghujan seperti saat ini, beberapa harga komoditas menjadi sangat tinggi lantaran banyak yang gagal panen. Misalnya cabai, tomat, dan bawang merah.
Wakil Ketua I DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat menyoroti harga cabai yang terbilang ‘meroket’. Pasalnya, harga cabai yang tinggi saat ini banyak dikeluhkan masyarakat. Ini meski disatu sisi sebagian petani menikmati keuntungan. Namun pasar membutuhkan keseimbangan.
Sehingga harus dilakukan upaya-upaya jangka pendek maupun jangka panjang unruk mengatasi fluktuasi harga komoditas yang dipengaruhi oleh cuaca. Politisi Gerindra tersebut, meminta agar Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB harus melakukan riset guna menghadirkan komoditas yang tahan terhadap cuaca.
“Setelah ada hasil riset terkait dengan komoditas unggulan, maka Pemda perlu mengajak masyarakat untuk menanam benih tersebut agar mampu menjawab tantangan perubahan cuaca,” ujar Wirajaya pada wartawan, Jum’at (15/01/2025) di Kota Mataram.
Legislator Udayana jebolan Dapil Lombok Tengah itu mengaku bahwa perlunya melakukan riset salah satu varietas yang tahan terhadap cuaca, hama dan lain sebagainya. Oleh karenanya ia menilai hal ini mendesak untuk dilakukan oleh Pemprov NTB. Lalu Wirajaya menyarankan agar Brida NTB menggandeng para ahli pertanian.
Ini dalam rangka penciptaan varietas yang tahan terhadap cuaca, hama dan lain sebagainya. “Kami (DPRD) akan siap mendukung berapapun biayanya asal jelas riset yang dilakukan. Ini karena masyarakat, utamanya petani membutuhkan satu varietas yang tahan terhadap cuaca, hama dan lain sebagainya dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan produktifitas lahan,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa, program pertanian yang berketahanan iklim menjadi isu yang perlu terus digaungkan oleh pemerintah daerah. Sebab, pembangunan pertanian tidak lagi banyak bergantung terhadap cuaca yang semakin tak menentu. “Jika komoditas semakin unggul, maka fluktuasi harga kebutuhan masyarakat juga tidak akan ekstrem,” tegas Wirajaya.
Menyinggung harga cabai yang kembali sangat mahal dan kini menembus angka Rp 100 per kg. Diakunya, agar dapat dijadikan sebagai pembelajaran bersama, agar ke depan tak terjadi seperti itu lagi. Sebab, saat prubahan iklim harga komdoti harus tetap stabil. “Ke depan kita harus mencari benih cabai yang tahan cuaca agar tak berdampak terhadap kelangkaan,” kata Wirajaya.
Ia menambahkan, untuk langkah jangka pendek terhadap cabai yang harganya sedang tinggi, mungkin perlu opsi untuk mendatangkan cabai dari luar daerah jika memungkinkan. Hanya saja, lanjut Wirajaya, komoditas cabai yang didatangkan harus terbatas.
Yakni sekadar untuk menormalisasi harga dan menghindari inflasi. “Penting juga dilakukan kontrol terhadap pasar. Mungkin ada oknum yang sengaja memanfaatkan kondisi cuaca. Pemerintah kontrol pasar. Jangan sampai terlalu di atas kewajaran kenaikan harga cabai ini,” demikian Lalu Wirajaya mengingatkan. (red)
