NUSRAMEDIA.COM — Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengklaim bahwa harga beras di Indonesia paling murah dibandingkan negara lain.
Menurut politisi PKS itu, sebagai kepala pemerintahan Jokowi mestinya memahami bahwa ada persoalan serius yang menyebabkan mengapa harga beras Indonesia justru lebih mahal dibandingkan negara lain. Terutama negara-negara di Asean.
“Jika presiden membandingkan harga beras kita dengan Jepang, Korea dan Amerika tentu tidak sepadan. Karena negara tersebut memang sangat tinggi harga beras. Namun akan lebih bijak membandingkan harga beras kita dengan negara Asia lainnya,” ujarnya.
“Terutama negara di Asean, dimana ternyata harga beras kita jauh lebih mahal walaupun produksi kita tinggi dari negara produsen beras lain,” imbuh pria yang juga merupakan Sekretaris Fraksi PKS MPR RI tersebut, Minggu (21/8) kepada NUSRAMEDIA.
Dijelaskannya, bahwa produktivitas beras di Indonesia lebih rendah dibanding negara Vietnam dan dari sisi harga, negara Indonesia lebih tinggi dari negara lain. “Menurut saya persoalan utama perberasan di negara kita adalah tingginya biaya produksi beras,” ungkapnya.
“Terutama komponen biaya sewa lahan dan biaya tenaga kerja sehingga struktur biaya produksi beras di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia,” sambung anggota DPR RI asal Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) 1 Pulau Sumbawa tersebut.
Maka dari itu, Johan berharap Presiden Jokowi bisa membandingkan harga beras Indonesia dengan Thailand atau Vietnam. Dimana harga beras di negara tersebut masih rata-rata Rp 5 ribuan perkilogram.
“Walaupun kita surplus beras, namun harga beras masih mahal. Sebagai contoh kita ambil data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional yang mencatat rata-rata harga beras perkilogram telah menyentuh angka Rp 13,77 ribu perkilogram pada Juli 2022 lalu. Bahkan harga jual di pasar modern Lampung menjadi yang termahal mencapai Rp 25 ribu perkilogram,” ungkap Johan.
Wakil rakyat di Senayan kelahiran asal Kabupaten Sumbawa itu menilai, harga beras di Indonesia lebih mahal dari sejumlah negara seperti Singapura, Brasil, Ukraina, Thailand, Paraguay, India, Iran, Bangladesh dan lainnya.
“Sejak awal kita selalu mengingatkan pemerintah agar selalu mewaspadai inflasi pangan, terutama harga beras sebagai makanan pokok rakyat terutama negara-negara di Asean,” tegas Johan Rosihan.
Oleh karenanya, dia mendorong agar pemerintah membuat kebijakan yang menekan biaya produksi beras dengan cara memperbaiki mekanisme produksi dan sistem distribusi yang lebih efisien.
“Saat ini sebaiknya pemerintah menggerakkan beras sebagai penggerak ekonomi di pedesaan dengan cara memberikan lahan gratis kepada petani gurem dan meningkatkan investasi pertanian yang berkelanjutan agar petani lebih sejahtera,” demikian Johan Rosihan. (red)