NUSRAMEDIA.COM — Sempat disoroti soal pemberlakuan tiket masuk penonton Liga 3 Bank NTB Syariah 2022, Ketua Umum Asprov PSSI Nusa Tenggara Barat, Moro Hanafi angkat bicara.
Dijelaskannya, soal harga tiket VIP sebesar Rp 500 ribu itu diperuntukan untuk selama pertandingan. Harga tersebut, dinilainya justru sangat bersahabat dan murah meriah.
Terlebih dapat peka memahami situasi dan kondisi masyarakat ditengah COVID-19. “Tiket lima ratus ribu rupiah (Rp 500.000) itu untuk 100 hari pertandingan. Bukan untuk satu kali (1X) nonton,” terangnya, Sabtu malam (6/8) di Mataram.
“Jadi kalau dibagi (nominal sebesar Rp 500 ribu) perharinya hanya lima ribu rupiah (Rp 5000),” tambahnya sembari menegaskan uang tersebut juga digunakan untuk penyewaan bangku nantinya. “Jadi itung-itung buat sewa bangku,” tegasnya lagi.
Adapun hal kedua, kata pria yang juga anggota DPRD Provinsi NTB asal Dapil Dompu, Bima dan Kota Bima tersebut, saat ini pihaknya sedang menumbuhkan industri sepak bola kearah yang jauh lebih baik.
Dia lantas menerangkan soal harga tiket harian sebesar Rp 15 ribu untuk sekali nonton. “Bayar lima belas ribu (Rp 15.000) hanya sekedar pengganti biaya-biaya operasional setiap pertandingan yang memang tidak sedikit,” tegas Mori Hanafi.
Kalaupun harga Rp 15 ribu masih dianggap mahal, hal itu bukan tanpa alasan. “Kenapa cukup mahal, karena kita sedang mengejar standart nasional,” tambah pria yang dikenal santun dan ramah tersebut.
Dia mengaku merasa sedikit lucu, padahal dalam tehnikal meeting, manajer meeting juga dihadiri pihak Lombok FC namun tidak mengungkapkan apa-apa. Dan semua hal sudah disampaikan oleh pihaknya secara terbuka dan bersama.
Merasa heran, lantas tiba-tiba baru sekarang ada muncul kritikan yang menyoroti soal pemberlakuan tiket. “Lucunya, setiap manajer meeting ada perwakilan LFC dan tidak pernah melakukan bantahan atau protes,” ungkap Mori Hanafi.
“Dalam tehnikal meeting, manajer meeting yang juga dihadiri oleh pihak LFC kita sudah sampaikan masalah penjualan tiket ini. Dan masing-masing klub sudah kita jatahkan 20 orang per/pertandingan. Dan semua setuju. Bayar lima belas ribu (Rp 15.000) ini cuma hampir sama dengan bayar parkir di epicentrum,” sindirnya lagi.
Apabila harga tiket harian 1X nonton sebesar Rp 15 ribu itu masih dirasa berat, kata dia, maka Asprov PSSI sudah bekerjasama dengan Lombok TV untuk siaran langsung dan bisa diakses/nonton di YouTube secara gratis.
Dihadirkan kerjasama dengan Lombok TV itu, jelas pria yang juga Ketua KONI NTB tersebut, merupakan salah satu terobosan pihaknya untuk memberikan kemudahan bagi para penonton/supporter yang hendak menyaksikan kompetisi tersebut.
“Ini juga teroboran Asprov berkerjasama dengan Lombok TV untuk memudahkan para suporter menonton,” tegas Mori Hanafi sembari menegaskan bahwa hasil penjualan tiket selain sewa bangku juga akan digunakan untuk bayar kebersihan, kesehatan wajib ada ambulance dan 5 nakes terakreditasi serta keamanan dan lainnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kritikan datang dari Chairman Lombok Football Club (LFC) yaitu H Bambang Kristiono atau biasa dikenal dengan panggilan HBK.
Anggota DPR RI dari Dapil NTB II Pulau Lombok itu menilai, belum saatnya Liga 3 NTB memberlakukan pembelian karcis, mengingat Liga 3 sifatnya juga yang masih amatir.
“Saya berpendapat bahwa karcis buat penonton baru boleh diberlakukan apabila sepakbola NTB sudah berada di level profesional atau Liga 2,” kata politisi Partai Gerindra tersebut.
Asprov PSSI NTB sendiri telah mengumumkan menjual dua kategori tiket selama penyelenggaraan Liga 3 yang diikuti 26 klub yang terbagi dalam empat (4) group.
Dimana masing-masing dua (2) group di Pulau Lombok dan dua (2) group di Pulau Sumbawa. Tiket VIP dijual dengan harga Rp 500 ribu dan tiket untuk kelas biasa dijual dengan harga Rp 15 ribu untuk setiap pertandingan.
HBK menegaskan, Asprov PSSI NTB seharusnya lebih kreatif dalam mencari pendanaan. Salah satunya adalah dengan lebih banyak menarik sponsor untuk turut membantu menopang pembiayaan kompetisi.
“Intinya, gelaran Liga 3 yang masih amatir ini jangan dululah dikomersialisasikan. Prioritas para petinggi Asprov PSSI NTB saat ini mestinya adalah, mendorong agar GOR terisi penuh penonton,” katanya.
“Mulai membangun antusiasme, fanatisme, dan militansi para supporter terhadap klub kebanggaannya masing-masing,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR RI tersebut.
Alih-alih menjual tiket pertandingan, sambung HBK, seharusnya Asprov PSSI NTB memberikan dulu insentif kepada masyarakat pecinta sepakbola NTB untuk masuk stadion secara gratis.
Karena itu, ia ingin agar momentum kembali bergulirnya Liga 3 NTB tahun ini, bukan menjadi momentum komersialisasi kompetisi. Tetapi, momentum untuk memupuk dan membina loyalitas fans klub peserta Liga 3.
“Berikan kesempatan kepada para pecinta sepakbola NTB untuk bisa menikmati gelaran sepakbola klub-klub kecintaannya. Karena sepakbola tanpa suporter itu seperti sayur tanpa garam, anyep dan nggak ada menarik-menariknya,” tandas HBK. (red)