NUSRAMEDIA.COM — Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap bahwa warga Nusa Tenggara Barat menginginkan Calon Gubernur nantinya adalah yang memiliki kemampuan memecahkan masalah ekonomi.
Data survei ini sekaligus menunjukkan kondisi perpolitikan Provinsi Nusa Tenggara Barat dinilai telah mengalami pendewasaan. Karena warga tidak lagi terpengaruh faktor etnis dalam memilih calon pemimpin.
Temuan itu berdasarkan hasil survei terbaru yang dipaparkan oleh pengurus DPD Golkar NTB bersama peneliti dari LSI Denny JA beberapa waktu yang lalu.
Hal itu kemudian ditanggapi oleh Pihak Zulkieflimansyah atau Bang Zul yang memang kerap mendapatkan serangan bernada SARA dari oknum tim/pendukung Calon Gubernur yang lain.
Dian Sandi Utama atau yang akrab disapa DSU menyampaikan bahwa, jika melihat temuan dari lembaga survei, dirinya berpendapat bahwa masyarakat suku sasak telah mengalami pendewasaan yang luar biasa secara politik.
“Jika kita lihat data survei, pada kategori etnis dan pilihan terhadap Calon Gubernur, Bang Zul itu ternyata mendapat angka tertinggi lho sebagai pilihan masyarakat Suku Sasak,” katanya.
“Baru kemudian Pak Suhaili FT dan Umi Rohmi, ini artinya masyarakat Sasak telah mengalami pendewasaan yang luar biasa secara politik dan tidak lagi memilih karena faktor kesukuan,” terang DSU melalui rilis yang diterima media ini, Minggu (16/06/2024).
DSU melanjutkan, publik yang memilih atas petimbangan calon gubernur yang sama latar belakang etnis itu angkanya sangat rendah. Dirinya juga menjelaskan bahwa, alasan masyarakat memilih jika melihat temuan survei adalah karena pertimbangan sang calon mampu menyelesaikan masalah.
Baik itu masalah ekonomi, keamanan dan lainnya. Untuk diketahui data temuan survei LSI Denny JA, menyebut bahwa pemilih berlatar Suku Sasak memiliki angka baseline pada survei yaitu 70.0.
Sedangkan sisanya adalah Mbojo dan Samawa. Pada baseline warga suku sasak memilih Zulkieflimansyah dengan angka 15.0, disusul Suhaili FT dengan angka 11,8. Kemudian Sitti Rohmi Djalilah dengan 8,6 dan Lalu Iqbal 5,4.
Sementara Mohan Roliskana dan Lalu Gita dengan angka dibawah 3%. “Calon mampu menyelesaikan masalah, bukan karena kesamaan etnis. Hal lain juga adalah; masyarakat kita ini senang ditemui dan didengar,” ujarnya.
“Itulah kenapa angka pada kategori metode kampanye yang disukai adalah Calon Gubernur yang bertemu langsung dengan masyarakat bukan karena berasal dari satu suku agama ataupun ras,” pungkas DSU. (red)