NUSRAMEDIA.COM — Salah seorang Kader Partai Gerindra Lombok Timur, Eko Rahadi angkat bicara mengkritisi keras pengurus partai terkait adanya kader yang mengundurkan diri dari partai yang berlambangkan kepala burung garuda tersebut.
Menurut dia, sebab akibat beberapa kader partai tersebut mengundurkan diri itu dikarenakan H Bambang Kristiono (HBK) terlalu banyak intervensi terhadap DPD, Alat Kelengkapan Dewan (AKD/Pimpinan DPRD NTB) dan kepengurusan DPC.
Tak hanya itu, Eko Rahadi menegaskan, seharusnya HBK memposisikan diri sebagai penyambung keluh kesah para kader partai yang ada di daerah NTB dengan DPP. “Pak HBK terlalu agresif, semua diurus,” ujarnya, Sabtu (23/4).
Seharusnya, kata dia, HBK lebih banyak mendengar aspirasi kader-kader yang dibawah. Tidak kemudian langsung ikut campur dalam rananah bawahannya. “Ini keritik keras buat pak HBK untuk menoleh lebih jauh dan dalam terhadap partainya, khususnya di NTB ini,” imbuhnya.
Dikatakan Eko Rahadi, orang NTB dalam hal ini harus cerdas dalam berpartai dan mengusung wakil rakyat yang mewakili sebuah wilayah dicintainya. “Sekarang seharusnya orang NTB harus cerdas untuk memilih,” ujarnya.
“Karena calon dari putra NTB lah yang paham soal NTB ini. Kita jangan hanya ikut-ikutan dan membesarkan orang luar. Kita angkat dan usung putra daerah kita sendiri sebagai DPR RI. Itu yang keren,” tambahnya.
Dia mengaku bahwa dirinya yang pertama kali membesarkan Partai Gerindra di Lombok Timur sekitar 2008 silam. Dimana Gerindra saat itu kadernya dibebaskan untuk bergerak membentuk keanggotaan disetiap kecamatan hingga desa.
“Sekitar 14 tahun yang lalu saya ingat, saya dan kawan-kawan dengan eksisnya bergerak untuk membesarkan Partai Gerindra hingga saat ini nampak besar. Sesuai dengan AD/ART Partai, masing-masing DPC diberikan mengurus rumah tangganya sendiri jika Gerindra mau dilihat tetap eksis,” tuturnya.
Lebih jauh ditanyakan, siapa saja yang mengundurkan diri dari Partai Gerindra, dia secara tegas menjawab dengan menyebutkan sejumlah nama. “Sudah jelas kok yang mengundurkan diri. Seperti Budi Wawan, Haji Mujemal dan sudah jelas surat pengunduran dirinya,” demikian Eko Rahadi. (red)