NUSRAMEDIA.COM — Sosok I Gusti Putu Ekadana dipuji oleh berbagai kalangan. Sepak terjangnya, cukup dikenal masyarakat Nusa Tenggara Barat, khususnya di Lombok.
Pengacara berusia 52 tahun itu juga dikenal sebagai sosok yang berani dan tegas dalam bersikap. Tak sedikit masyarakat yang telah dibantunya. Terutama, berkaitan kental dengan persoalan tanah rakyat.
Sosok sederhana itu dengan mantap selalu berdiri membersamai masyarakat yang terbentur dengan persoalan pembebasan lahan. Bahkan, Putu Ekadana dulunya juga dikenal sangat menentang pemerintah.
Sikap idealisnya menjadi ciri khas Putu Ekadana cukup dikenal berbagai kalangan. Terlebih dalam dunia aktivis. Kini, alumni Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) tersebut kini menuai sanjungan.
Sanjungan dan tepuk tangan untuk Putu Ekadana menjadi warna dalam acara Diskusi Publik yang mengangkat tema “Perjanan Sang Tokoh” pada Senin 15 Agustus 2022 di Sayung, Kota Mataram.
Hadir dikesempatan ini, berbagai elemen terutama para aktivis. Bahkan hadir pula Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu Gita Ariadi dan sejumlah tokoh lainnya.
Dalam sambutannya, Sekda NTB Lalu Gita Ariadi mengapresiasi acara yang terlaksana ini. Menurut dia, diskusi publik adalah momentum untuk bersama-sama dalam berdialog.
Terlebih bagaimana secara bersama-sama dalam membangun dan memajukan daerah NTB. Karena setiap perjalanan dengan dimensi yang berbeda, diyakininya memiliki kesan dan pesan.
Secara jujur, di era 1997 saat dirinya menjadi Kabag Humas dahulu, pria yang kerap disapa Miq Gite ini mengaku sempat mendengar perjalanan I Gusti Putu Ekadana.
Apalagi saat itu, sosok Putu Ekadana sangat aktif dan getol menyuarakan aspirasi di depan kantor Gubernur NTB. “Dimensi ruang dan waktu selalu menghasilkan pesan dan kesan,” kata Miq Gite.
Jauh sebelumnya, ia mengaku tidak begitu mengenal akan sosok Putu Ekadana. Justru, kata dia, sosok tersebut sangat kerap diceritakan oleh sang istrinya. “Saya dapat berita (terkait sosok Putu Ekadana) dari nyonyah,” aku Sekda disambut tepuk tangan hadirin.
Sosok Putu Ekadana pun lebih dikenalnya pada saat ia menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) dulu. Saat itu, cerita Miq Gite, Putu Ekadana sempat mendampingi Duta Besar Swedia terkait investasi.
“Jadi beliau ini saya kenal lewat cerita dan gerakan perjuangannya. Perjalanan sang tokoh kurang lebih pintas kilas dalam mengumpulkan tokoh-tokoh sehingga membuat pelangi NTB,” ujarnya.
Oleh karenanya, ia berharap kedepannya akan ada sebuah buku yang akan dibedah secara bersama terkait perjalanan sang tokoh ini. Diskusi semacam ini, dinilainya sangat penting.
Terlebih menyangkut kemajuan dan perubahan daerah untuk dapat melangkah kearah yang jauh lebih baik. Maka dari itu, diskusi ini diharapkan akan terus berlanjut. Apalagi dalam mendiskusikan berbagai dinamika daerah.
“Kita atur bagaimana mendiskusikan segala dinamika di daerah. Apapun jenis latar belakang pemikiran kita dalam situasi persemetonan (persaudaraan) penting untuk mengawal bersama momentum agar bagaiamana NTB bisa langgeng,” kata Sekda.
Dia menegaskan, pihak pemerintah sangat welcome dan tidak alergi terhadap saran ataupun kritik. Sebab, dia menegaskan NTB adalah rumah bersama. “Rumah kita adalah NTB untuk itu mari kita rawat bersama. Mari bantu atas kekurangan pemerintah. Mohon masukan, saran, kritiknya,” pungkasnya.
Sementara itu, Mesir Suryadi salah seorang Tokoh Perjuangan Pembangunan di NTB mengaku sangat hormat dengan sosok Putu Ekadana. Dikatakannya, selama mengenal dan bergaul bersama Putu Ekadana selalu berdampak positif.
“Saya sangat hormat dengan Pak Eka. Selama saya bergaul dengan beliau tidak pernah ada nuansa negatif, baik itu didalam forum tertentu maupun forum besar,” ungkap Mesir Suryadi diacara tersebut.
Dia berharap, situasi dan kondisi NTB tetap terjaga. Yaitu rukun, damai dan kondusif. Dikesempatan itu, dia juga mengingat kepala daerah agar menjadi seorang pemimpin tidak pilih kasih. Harus mampu membersamai.
Hal terpenting saat ini, kata dia, adalah bagaimana segala hal yang dinilai miring dapat diluruskan secara bersama-bersama demi kebaikan. Oleh karenanya, para aktivis diminta untuk tetap berani bersikap dan bersuara.
“Kalau benar katakan benar, kalau salah ya salah. Semangat saya sampai sekarang masih menyala-nyala. Hal yang miring kita luruskan demi kemajuan daerah. Mudah-mudahan kita bisa memberikan kemantapan untuk daerah yang kita cintai ini,” tutupnya.
Kemudian, Hasan Masad selaku salah satu Perwakilan Aktivis mengaku juga cukup mengenal track record I Gusti Putu Ekadana. Terlepas apapun lebel dari acara itu, kata Hasan Masad, dia mengaku bersyukur dapat berkumpul bersama.
Terkait bagaimana NTB kedepan, dia menegaskan, bukan hanya persoalan kritik namun juga harus dibarengi solusi. “Kritik penting, cuma jangan nanti sampai gagap kalau ditanya (harus ada pula solusi),” katanya.
Oleh karenanya, melalui diskusi publik ini diharapkan dapat bertukar fikir secara bersama bagaimana NTB terus dapat menuai perubahan yang lebih baik. “Tempat ini bisa kita bercengkrama, kita hangat berkeluarga, sehingga semakin ‘bersetubuh’ dengan NTB,” demikian Hasan Masad menambahkan.
Sebelumnya, Lalu Sajim Sastrawan atas nama keluarga mengungkapkan sosok Putu Ekadana. Menurut dia, sosok tersebut adalah teman bermainnya. Dimana Putu Ekadana digembleng oleh para guru yang sangat idealis. “Menanamkan jiwa pantang menyerah,” ujarnya.
Dikatakan Lalu Sajim Sastrawan, diinternalisasi, idealisme sudah tumbuh dan melekat di Putu Ekadana sejak dahulu. Sehingga ia meyakini, setiap hal ditanganinya akan menjadi sesuatu yang berguna.
Maka dari itu, dia berharap, melalui acara diskusi ini akan memberikan sebuah ide/gagasan yang positif sehingga berdampak pada daerah kearah yang baik. Terutama dapat munculnya tokoh-tokoh yang lainnya.
“Kelak akan muncul tokoh-tokoh yang bangkitkan semangat kita, yang memberikan inspirasi lebih berbuat untuk bangsa khususnya Nusa Tenggara Barat,” tutup Lalu Sajim Satrawan.
Mengingat tidak lama lagi adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia, I Gusti Putu Ekadana menegaskan, bahwa merdeka tak akan ada artinya ketika tidak dilaksanakan arti maksud dan tujuan kemerdekaan itu sendiri.
“Oleh karena itu, mari kita isi kemerdekaan dengan demokrasi yang sungguh-sungguh serta kedaulatan yang benar. Bukan bo’ong-bo’ongan. Ketika demokrasi ini sudah melenceng, mari kita luruskan,” ajaknya sembari meneriakkan dengan lantang kata “merdeka”. (red)