Kepala Dinas Perindustrian (Disperin) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nuryanti. (Ist)
Kepala Dinas Perindustrian (Disperin) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nuryanti. (Ist)

NUSRAMEDIA.COM — Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Nusa Tenggara Barat bersama masyarakat Garam Jawa Timur berkunjung ke Dinas Perindustrian (Disperin) Provinsi NTB.

Kunjungan mereka disambut langsung oleh Kepala Disperin NTB, Nuryanti bersama tim. Kunjungan itu membahas terkait potensi penggunaan lahan pengolahan garam yang belum beroperasi secara optimal di NTB.

Tingginya harga bahan baku dan biaya pengolahan memicu tingginya harga jual garam di NTB yakni Rp2.200/Kg ditingkat petani. Namun produktivitas garam NTB masih rendah yakni 20 ton per/hektare.

Dalam pertemuan ini diinisiasi akan diadakannya pembinaan dan pendampingan proses pengolahan air laut menjadi garam dengan penggunaan teknologi terbarukan, sehingga lahan yang selama ini memiliki produktivitas rendah dapat dioptimalkan pemanfaatannya.

Bahkan nantinya diharapkan bakal dapat menjadi alternatif sumber penghasilan baru dan berkelanjutan ditengah masyarakat. Oleh karenanya, salah satu wilayah di Lombok Tengah akan dijadikan titik pertama diberikan pembinaan dan pendampingan.

Baca Juga:  Bank NTB Syariah Raih Penghargaan “Bank Dengan Sinergi Program Akselerasi QRIS Terbaik” pada Anugerah BI NTB 2025

“Sekotong menjadi daerah pertama yang dijadwalkan untuk memperoleh pembinaan dan pendampingan produksi garam. Tentu proses pengolahan ini butuh semangat baru bagi kita semua,” kata Nuryanti.

Menurut dia, garam adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang penting. Dimana garam memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh manusia dan berperan dalam berbagai proses biologis.

Selain itu, sambung dia, garam juga digunakan untuk meningkatkan rasa pada makanan, mengawetkan makanan, dan dalam berbagai industri. Dalam konteks kebutuhan pokok masyarakat, garam dapat dianggap sebagai salah satu bahan dapur yang esensial.

Masih dikatakan Nuryanti, bahwa orang-orang menggunakan garam dalam memasak untuk memberikan rasa pada makanan dan untuk tujuan kesehatan. Kebutuhan akan garam dapat bervariasi tergantung pada budaya, kebiasaan makan, dan faktor lainnya.

“Penting untuk memastikan ketersediaan garam yang cukup bagi masyarakat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan menjaga kesehatan,” kata pejabat perempuan yang dikenal greget dalam bekerja tersebut.

Baca Juga:  Skema Pembiayaan KDKMP Disiapkan, 50 Koperasi Jadi Model Percontohan di NTB

Dalam banyak negara, kata dia, garam biasanya dapat ditemukan dengan mudah di pasaran sebagai produk yang terjangkau. Beberapa negara bahkan memiliki program kesehatan yang mendorong penggunaan garam beryodium untuk mencegah gangguan kesehatan seperti gondok.

“Tentu semua ini membutuhkan kerjasama semua aspek untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” ujar Nuryanti. Sebagai langkah konkret yang akan di lakukan oleh Dinas Perindustrian, Nuryanti menawarkan konsep Bisnis Matching antara petani garam dengan Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian di NTB.

Ini agar dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan produksi garam secara berkelanjutan, antara lain seperti Analisis Kebutuhan dan Potensi, Forum Diskusi dan Pertemuan, Pengembangan Teknologi, Pelatihan dan Pendidikan, Monitoring dan Evaluasi, dan Pengelolaan Lingkungan.

Melalui kerjasama antara petani garam, Dislutkan dan Disperin diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang mendukung peningkatan produksi garam secara berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat.

Baca Juga:  Bank NTB Syariah Raih Penghargaan “Bank Dengan Sinergi Program Akselerasi QRIS Terbaik” pada Anugerah BI NTB 2025

“Peningkatan produksi garam untuk pemenuhan kebutuhan industri yang tadinya 1 Ha menghasil 20- 30 ton garam, diharapkan bisa meningkat menjadi 100 ton garam per 1 Ha (Di jatim, sidoarjo bisa produksi garam 100 gram per Ha, dalam rentang waktu 4 bulan masa produksi),” Lanjut Nuryanti (13/11).

Produksi yang berkelanjutan harapannya pembimbingan penggunaan teknologi kincir air perputaran air laut di meja garam dapat meningkatkan produktifitas, selanjutnya pendampingan untuk produksi terus berlanjut dengan menghubungkan para petani ke pasar dengan semua stakeholder terkait.

‘Qc untuk garam agar garam yang diproduksi bisa memperoleh sertifikat SNI dan lain sebagainya sehingga dapat dipasarkan ke luar. Kemudian dapat menekan tingginya harga garam di NTB, dari 2.200/Kg diharapkan bisa berkisar diantara 1000-1200 perkilogramnya,” tutup Nuryanti. (red)