Beranda HEADLINE Dewan NTB Salman Alfarizi Prihatin Kondisi Hutan dan Sumber Air di Sumbawa

Dewan NTB Salman Alfarizi Prihatin Kondisi Hutan dan Sumber Air di Sumbawa

Anggota Komisi II DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat Jebolan dari Dapil V Sumbawa-Sumbawa Barat. (Ist)

NUSRAMEDIA.COM — Anggota Komisi II DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat, H Salman Alfarizi mengaku prihatin dengan kondisi hutan hingga sumber air bersih di Kabupaten Sumbawa.

Ia menilai, pembalakan liar yang terjadi dikawasan hutan lingkup Kabupaten Sumbawa cukup marak. Mirisnya, hutan yang dibabat kini berubah menjadi lahan jagung.

Alhasil, dampak yang ditimbulkan cukup besar. Contoh kerap terjadinya banjir, longsor hingga mengakibatkan berkurangnya sumber air. “Kondisi ini semakin memprihatinkan,” ujarnya.

“Dan saya juga mendapat kabar bahwa sejumlah titik di Sumbawa terjadi banjir. Termasuk di Dusun Batu Rea, Desa Stowe Brang. Luapan air hingga menggenangi badan jalan diwilayah itu (Utan),” bebernya.

Menurut dia, kondisi yang terjadi saat ini tidak boleh dibiarkan terus berlarut. Keberadaan hutan dan sumber air Bendungan Bringin Sila menjadi penting untuk dijadikan atensi bersama.

Menyikapi persoalan ini, kata Haji Salman, diperlukan kolaborasi komunikasi dengan pola duduk bersama. Terutama pihak Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi bersama Kabupaten/Kota.

Baca Juga:  Juliansyah Soroti Sistem Presensi Pertanian

“Jaga alam kita, maka alam akan menjaga kita. Alam adalah warisan yang akan diberikan kepada anak cucu kita kedepannya,” ingat Legislator Udayana asal Dapil V Sumbawa-KSB ini.

Oleh karena itu, ia selaku wakil rakyat di Udayana mendorong semua elemen untuk bergandengan tangan dan menyatukan langkah dalam menyikapi persoalan hutan dan sumber air di Sumbawa.

Terutama, tegas Eks Anggota DPRD Sumbawa itu, yakni pihak Pemda agar segera bersikap. “Karena persoalan pembalakan liar hingga persoalan sumber air seharusnya menjadi atensi bersama,” tukasnya.

“Perlu ada upaya perlindungan terhadap kelestarian hutan-hutan kita. Begitu juga sumber mata air kita. Maka persoalan ini, menjadi penting juga untuk disikapi oleh APH,” imbuhnya.

Dengan berkolaborasi duduk bersama, ia meyakini akan hadir solusi terbaik dalam menyikapi persoalan ini. Menurutnya, upaya perlindungan hutan dan sumber air Bendungan Bringin Sila harus disertai dengan aturan jelas dan tegas.

Baca Juga:  Hadiri Liga Gubuk Gempeng Masbagik,Abdul Hadi : "Kedepankan Kebersamaan dan Junjung Tinggi Sportivitas"

Dengan harapan, aksi pembalakan liar dan melindungi sumber mata air di Sumbawa benar-benar terlaksana. Terpenting, bisa memberikan efek jera bagi ‘oknum-oknum nakal’.

“Jadi memang peran pihak APH kita menjadi sangat penting dalam persoalan ini. Saya berharap agar pemda segera bersikap. Mari duduk bersama merumuskan segala sesuatunya untuk kita sikapi bersama,” demikian Salman Alfarizi.

BANJIR DI WILAYAH KECAMATAN UTAN

Sekedar informasi, video banjir yang terjadi diwilayah Kecamatan Utan cukup viral. Dimana pada video yang berdurasi 1.24 detik itu cukup menjadi perhatian publik.

Nampak dalam video singkat itu, volume air cukup tinggi hingga merembet ke ruas jalan raya diwilayah Utan. Akibat banjir sore kemarin, akses lalu lintas pun nampak jadi terganggu.

Baca Juga:  Syamsul Fikri Angkat Bicara Soal Narkoba, Fraksi Demokrat NTB Usulkan Test Rambut

SEKILAS TENTANG BENDUNGAN BRINGIN SILA

Pembangunan Bendungan Beringin Sila dilakukan sejak Januari 2019, dengan biaya sebesar Rp1,721 triliun. Kemudian tepat pada 29 Desember 2022 lalu, bendungan itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.

Konstruksi Bendungan Beringin Sila didesain dengan tinggi 70,5 m, panjang 787,58 m, dan lebar puncak 12 m. Dengan total kapasitas tampungan 27,46 juta m3 dan luas genangan 126 hektare.

Bendungan ini akan mampu mengairi lahan seluas 3.500 hektare dan menghasilkan air baku sebesar 76 liter/detik untuk mendukung pertanian di Kabupaten Sumbawa.

Selain itu, kehadiran bendungan itu memberikan manfaat untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) sebesar 1,4 MW, reduksi banjir sebesar 90,37 m3/detik, serta potensi sebagai tempat pariwisata, perikanan tangkap, dan tempat konservasi. (red)