

NUSRAMEDIA.COM — Kepala Dinas Perindustrian (Disperin) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nuryanti terus menggaungkan semangat industrialisasi harus tetap digencarkan dari semua sektor.
Menurut dia, salah satu upaya nyata mensukseskan industrialisasi dalam menangani stunting dengan memberdayakan peternak lokal hinhha nuget untuk Posyandu di Lenek.
Industrialisasi, kata dia, merupakaan harapan bagi daerah maupun bangsa untuk menunjang pembaharuan maupun ekonomi yang berkemajuan. Oleh karenanya, dengan industri membuat daerah akan semakin maju untuk melangkah bersaing menghadapi tantangan zaman.
NTB sebagai daerah yang kaya akan alamnya memiliki banyak potensi yang sejatinya bisa di olah dengan baik dari hal yang sederhana hingga hal yang sangat menakjubkan luar biasa. Tentu itu semua harus dilandasi dengan kayakinan, bahwa NTB satu-satunya daerah yang kaya akan kebutuhan dunia.
Mulai dari pertanian, peternakan, hingga kekayaan alam lainnya semua terdapat di NTB tinggal bagaiamana mengelolanya dengan mengemas sebaik mungkin. Dalam hal ini, salah satu tantangan yang dihadapi oleh Nusa Tenggara Barat ialah “Stunting”.
Sebagai dinas yang bergerak di sektor Industri, kata Nuryanti, maka tentu harus memiliki ide dan gagasan dalam hal menangani hal tersebut. Pihaknya pun lantas menawarkan ide dan gagasan kepada masyarakat NTB.
Khsusnya daerah Kecamatan Lenek, Lombok Timur tentang penangan stunting. Hal tersebut dirancang sedemikian rupa bersama IKM yang fokus kepada Peternakan untuk bagaimana bisa menuntaskan persoalan stunting di Lenek.
Sejak dilaunching tanggal 19 Juni 2023, kegiatan Gotong Royong Bhakti Stunting oleh Disperin Provinsi NTB di Kecamatan Lenek, telah memberikan kontribusi terhadap percepatan penurunan stunting.
“Dengan sasaran yang diintervensi adalah 10 orang anak terkategori Wasting, 54 orang Ibu Hamil KEK, 17 orang Ibu Hamil Anemia dan 8 orang Ibu Hamil KEK + Anemia,” kata Kepala Disperin NTB yang dikenal cukup greget dalam bekerja ini.
Lebih lanjut dikatakannya, bahwa gotong royong bhakti stunting di Kecamatan Lenek selama 90 hari intervensi telah menyalurkan lebih kurang 27.000 butir telur. Dimana sebagian besar telur tersebut diperoleh dari pengusaha ayam petelur lokal yang berlokasi di Desa Kalijaga.
“Harapannya dengan melibatkan pengusaha telur setempat kegiatan Gotong Royong Bhakti Stunting turut berdampak terhadap geliat perekonomian masyarakat utamanya peternak ayam petelur,” tutur Nuryanti.
Selain pemberian protein telur kepada balita Wasting, ungkap dia, saat launching juga diberikan protein tambahan berupa Nugget Ayam dengan formulasi khusus untuk stunting yang diproduksi oleh Mahasiswa Lombok Institute Of Technology (LIT) Lenek.
Ini diharapkan sebagai asupan protein tambahan dan sebagai alternatif mengurangi rasa bosan balita wasting akibat konsumsi rutin telur setiap hari. Nuryanti juga mengaku bangga dengan IKM dan mahasiswa yang meiliki ide dan gagasan untuk bisa dialokasikan dalam hal penanganan stunting di Lenek.
Menurut dia, ini merupakan bukti nyata dan kesuksesan penangan stunting lewat Industrailisasi yang di lakukan oleh pihaknya. Nuryanti juga menegaskan pada akhirnya dari pihaknya akan mengawal dan mendampingi terus untuk pembangunan ekonomi yang disebut Desanomic.
“Kami cukup bangga ketika ada IKM dan mahasiswa yang bisa berkolaborasi dalam hal menangani masalah dengan ide yang mereka punya, ini lah yang kami sebut dengan industrialisasi,” kata Kepala Disperin NTB.
“Hal sederhana bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa contohnya seperi IKM Peternakan dibidang telur dan Nuget oleh Mahasiswa Lombok Institute Of Technology (LIT) Lenek. Tentu pada luarannya nanti ialah pada Desanomic, desa ekonomi yang berkemajuan,” demikian Nuryanti.
Untuk diketahui, pihaknya juga berharap hal seperti ini mampu membangkitkan semangat berinovasi untuk kemanjuan daerah hingga negeri, yaitu mulai dari hal sederhana hingga hal yang luar biasa. (red)