
NUSRAMEDIA.COM — Rumah Sakit (RS) Mata Provinsi Nusa Tenggara Barat terus menunjukkan komitmennya sebagai pusat layanan kesehatan mata unggulan di wilayah Indonesia Timur.
Dibawah kepemimpinan Direktur dr. Cahya Dessy Rahmawati, RS Mata NTB terus memperkuat kualitas layanan, tata kelola, serta jangkauan pelayanan publik secara berkelanjutan.
Ia menyatakan, pihaknya terus melakukan evaluasi dan pembenahan untuk menjawab kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih cepat, tepat, dan terjangkau.
“Kami terus berfokus pada peningkatan mutu layanan, baik dari sisi sumber daya manusia, fasilitas, maupun sistem manajerial. Pelayanan yang optimal adalah bentuk komitmen kami kepada masyarakat NTB,” ujarnya.
Sejak tahun lalu, menurut dia, RS Mata telah memiliki layanan vitreoretina satu-satunya di NTB yang menjadi salah satu layanan unggulan di RS Mata, sehingga masyarakat NTB yang menderita penyakit retina dapat ditangani.
RS Mata NTB telah meraih sertifikat akreditasi paripurna yang menjadi salah satu indikator institusi ini memenuhi standar mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Pencapaian ini didukung dengan pelatihan rutin bagi tenaga medis.
Kemudian penerapan sistem informasi layanan terpadu, dan penguatan koordinasi antar-unit pelayanan. Saat ini salah satu dokter spesialis mata di RS Mata sedang menempuh pendidikan fellowship.
Sehingga tahun depan, kata dr. Cahya, RS Mata NTB akan menambah satu layanan subspesialis glaukoma. Tak hanya itu, RS Mata juga rutin menggelar kegiatan bakti sosial operasi katarak dibawah Dinas Kesehatan Provinsi NTB.
Termasuk pelayanan pemeriksaan mata gratis, serta program pelayanan BPJS yang memudahkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan mata. “Kami ingin memastikan bahwa masyarakat NTB tidak hanya mendapatkan layanan kesehatan mata yang baik, tetapi juga merasakannya dengan cara yang humanis, cepat, dan bersahabat,” kata dr. Cahya.
Dalam bidang pengembangan SDM, RS Mata juga menjalin kerja sama dengan institusi pendidikan kesehatan untuk mendukung peningkatan tenaga kesehatan spesialis. Manajemen RS Mata NTB mengajak seluruh masyarakat untuk terus mendukung transformasi layanan kesehatan di NTB.
Melalui kolaborasi yang sehat dan kerja bersama, rumah sakit ini optimis dapat menjadi rumah sakit rujukan regional yang andal di bidang kesehatan mata. “Kami bekerja seperti biasa. Dengan ketenangan dan ketekunan, RS Mata NTB akan terus hadir sebagai tempat pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat,” kata dr. Cahya.
ANGKA KEBUTAAN DI NTB URUTAN KEDUA SETELAH JAWA TIMUR
Untuk diketahui, angka kebutaan di NTB masuk dalam urutan kedua tertinggi nasional setelah Jawa Timur. Berdasarkan data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014, prevalensi kebutaan di Provinsi NTB mencapai 4%.
Penyebab kebutaan paling tinggi adalah Katarak yaitu 78,1%. Selain Katarak, di tahun 2020 terdapat 15,9% kasus kelainan refraksi pada anak. Diperkirakan saat ini, total angka kebutaan di NTB mencapai 37.533 kasus.
Sebanyak 29.314 disebabkan oleh katarak. Menurut laporan dr. Sriana Wulansari dan dr Cahya Dessy Rahmawati beberapa waktu lalu, kasus kebutaan menyebar di seluruh Kabupaten/Kota di NTB.
Terbesar di Kabupaten Lombok Timur 8.433 kasus. Terendah di Kabupaten Sumbawa Barat. Angka kebutaannya mencapai 926 kasus. Dimana total 723 diantaranya adalah buta katarak.
Tahun 2022, Pemprov NTB melalui Dikes dan RS Mata NTB melalukan operasi katarak sebanyak 11.416 mata dari total 29.314 kasus katarak. Artinya, tersisa 17.898 kasus yang belum mendapatkan penanganan.
Khusus di Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2023 telah dioperasi sebanyak 232 mata dan tersisa 491 mata yang belum dioperasi. Angka kebutaan ini terus bertambah sebanyak 1% setiap tahunnya.
Masalah kebutaan tidak hanya menjadi masalah kesehatan. Namun juga masalah sosial. Hal ini terjadi karena banyak faktor. Diantaranya faktor Pelayanan Kesehatan yang sulit dijangkau khususnya di daerah terpencil.
Keterbatasan finansial dan informasi, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan mata. Secara medik, Katarak (kekeruhan pada lensa mata). Antara lain disebabkan Kongenital (bawaan lahir).
Kemudian Trauma pada mata, DM ( Diabetes Melitus), faktor usia dan paparan sinar UV (karena paparan UV dapat merusak protein di lensa mata). Berdasarkan fakta kunjungan pasien yang datang ke RS Mata NTB dan dari kegiatan bakti sosial, untuk kasus di NTB sebagian besar disebabkan karen faktor usia dan paparan sinar UV. (red)
