
NUSRAMEDIA.COM — Desa Sukarara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia).
Pasalnya, ada sebanyak 2.023 penenun wanita diwilayah tersebut serempak menenun bersama. Para penenun wanita ini nampak kompak.
Untuk diketahui, tenun adalah bagian dari rutinitas sehari-hari warga Desa Sukarara. Sehingga alat tenun sudah menjadi sahabat karib di rumah para warga.
Benang-benang sutera yang ditenun menjadi kain sepanjang 4 meter, biasanya membutuhkan waktu pengerjaan berhari-hari bahkan lebih dari satu minggu.
Kegiatan menenun untuk memecah Rekor MURI ini turut dihibur oleh acara Peraje Jaran Kamput. Piagam penghargaan Rekor MURI akan dijemput oleh Kepala Desa Sukarara pada 13 Juli 2023 mendatang
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah sebelumnya membuka Festival Sukarara Begawe Jelo Nyensek di Desa Sukarara. Dikatakannya, rekor MURI ini sebagai langkah awal NTB.
Dimana tenun Sukarara akan dikenal di kancah Nasional maupun Internasional. “Rekor MURI ini adalah langkah awal, saya salut dan bangga,” kata Gubernur.
“Mereka yang punya keberanian untuk memulai langkah pertama,” sambung orang nomor satu di Nusa Tenggara Barat dilapangan Desa Sukarara.
Ia menjelaskan, keberanian untuk memulai pasti diiringi dengan keterbatasan dan kekurangan. Namun seiring waktu akan mendatangkan hasil yang maksimal.
Dimana nantinya akan menggetarkan bukan hanya NTB, tapi tenun Sukarara akan dikenal di seluruh Indonesia bahkan dunia. Festival Jelo Nyensek dihadiri para designers.
Antara lainnya seperti Fomalhaut Zamel, Hannie Hananto, Monika Jufry, Najua yanti, Irna Mutiara, Itang Yunasz, dan Asri Welas, Fadzil Hadin dari Brunei.
Kemudian Natacha Van dari Kamboja, Wan Bainun dari Malaysia, Dave Ocampo dari Filipina, dan Hayden Ng dari Singapura dan National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma setta pejabat Pemprov dan Pemkab Loteng. (red)
