Beranda HEADLINE Malaysia Butuh Ribuan PMI Asal NTB

Malaysia Butuh Ribuan PMI Asal NTB

Keterangan Foto dari Kanan : Ketua Umum APPMI-H Muazzim Akbar, Kepala Disnakertrans NTB-I Gede Putu Aryadi dan CEO Upstream Malaysia-Roslin Azmy Hassan

NUSRAMEDIA.COM — Kepedulian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat dibawah kepemimpinan Gubernur Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalilah terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB nampaknya cukup besar.

Hal ini dibuktikan secara nyata oleh Pemprov melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB melakukan kunjungan silaturahim ke sejumlah perusahaan penempatan PMI di Malaysia. Antara lainnya seperti Koperasi Ladang Berhad (KLB), Johor Bahru pada Rabu (13/7).

Kemudian Kamis (14/7) kemarin, rombongan melanjutkan perjalanan silaturahim ke Sime Darby Plantation di Pulau Carey, Selangor, Malaysia. Untuk sampai dikedua titik tersebut tidaklah mudah. Dimana rombongan yang diketuai oleh Kepala Disnakertrans NTB sebagai utusan langsung oleh Gubernur Zulkieflimansyah menempuh perjalanan yang cukup panjang.

Betapa tidak, untuk sampai ditiap titik tersebut, rombongan harus menempuh perjalanan cukup jauh, yaitu sekitar 7 hingga 8 jam lamanya. Nampak terporsir, namun berlandaskan semangat kebersamaan, semuanya tak terasa. Meski penat dan lelah tak bisa dipungkiri.

Hal itupun nampak terbayarkan dengan bertemunya secara langsung pihak rombongan bersama PMI asal NTB yang ada disejumlah perusahaan penempatan. Kehangatan dan kebahagiaan menjadi warna dalam silaturahim tersebut. Dikesempatan ini, pihak rombongan memastikan langsung situasi dan kondisi PMI asal NTB.

Secara umum, situasi dan kondisi PMI NTB disejumlah perusahaan sangat baik. Bahkan mendapatkan fasilitas yang layak. Baik dari sisi jaminan kesehatan maupun hunian tempat tinggal yang disediakan gratis untuk pekerja. Selain itu pula, penghasilan para PMI cukup mencengangkan, mulai dari kisaran 5 jutaan hingga puluhan juta rupiah.

Dalam kesempatan pertemuan di Sime Darby Plantation, Kepala Disnakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi mengungkapkan maksud kedatangannya. Selain ingin menjalin kemitraan bersama yang baik, pihaknya juga ingin memastikan secara langsung situasi dan kondisi pekerja yang ada, khususnya PMI asal NTB.

“Jadi kedatangan kami atas perintah Pak Gubernur dan juga Ibu Wakil Gubernur (Zul-Rohmi). Kita ingin memastikan PMI asal NTB yang bekerja ke Sime Darby ini memberikan kemanfaatan bersama. Dimana PMI kita juga benar-benar diperlakukan maksimal,” ungkap pria yang kerap disapa Gde Aryadi tersebut.

Baca Juga:  Komisi III DPRD NTB Dorong Eksekutif Segera Ajukan Ranperda Perubahan RPJMD

“Baik dari sisi aksesnya, fasilitasnya, perlindungan maupun soal gajinya. Dan sepertinya semua itu (sudah terpenuhi) sesuai yang diharapkan bersama,” tambahnya didampingi Kabid Penempatan dan Perluasan Kerja Disnakertrans NTB, Moh Ikhwan dihadapan para petinggi Sime Darby Plantation.

Tak lupa, Gde Aryadi pun menitipkan sebuah harapan kepada pihak perusahaan tersebut, yang mana para PMI, khususnya asal NTB dapat terus diperhatikan dan diperlakukan baik. Karena ia meyakini, dengan diperlakukannya PMI secara baik, maka akan baik pula untuk pihak perusahaan.

“Ketika mereka diperlakukan dengan baik, maka mereka merasakan perhatian perusahaan dan dapat memberikan kemanfaatan yang baik secara bersama,” harap mantan Kepala Dinas Kominfotik Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut.

Gde Aryadi juga mengungkapkan, bahwa rekrutmen PMI NTB mencapai 5.335 orang. Mereka tersebar di 104 negara penempatan, dan terbesar ada di Malaysia yang mencapai sekitar 60 persen. Dimana sekitar 80 persen mereka bekerja disektor perladangan.

Oleh karenanya, demi kebaikan bersama, dia juga menekankan, agar para PMI harus menggunakan jalur resmi atau sesuai dengan prosedur, bukan sebaliknya menjadi PMI non prosedural atau ilegal. Karena ketika melalui jalur ilegal, akan berdampak negatif dan merugikan diri sendiri.

Hal itupun menjadi sebuah harapan dari pihaknya kepada perusahan penempatan yang ada di Malaysia, termasuk Sime Darby Plantation agar menyerap PMI yang legal sesuai prosedur. Ini menjadi penting, mengingat NTB ingin terus menjalin kemitraan yang baik dengan berbagai perusahaan penempatan di Malaysia.

“Kita ingin jalin kemitraan yang baik. Yaitu hubungan kemitraan yang baik dan (memiliki harapan) sama. Terutama soal (penyerapan) PMI nya (khusus dari NTB) harus sesuai prosedur,” demikian Kepala Dinas Nakertrans Provinsi NTB.

Baca Juga:  Prihatin Maraknya HIV/AIDS dan Kusta, Andi Rusni Pertanyakan Sikap Pemda

Sementara itu, CEO Upstream Malaysia-Sime Darby Plantation, Roslin Azmy Hassan mengungkapkan, bahwa pasca pandemi COVID19 pihaknya membutuhkan para pekerja migran asal NTB, umumnya Indonesia. Selain merasa senang, pihaknya menilai PMI masih serumpun dan dinilai sangat mudah untuk berkomunikasi. Karena pola bahasa yang tidak jauh berbeda, sehingga komunikasi menjadi baik.

Selain itu, PMI asal NTB juga dikenal baik dan sangat rajin dalam bekerja. Dia pun tak menampik, sejak tahun 1990an, bahwa suku yang paling banyak datang bekerja di Sime Darby Plantation adalah dari Pulau Lombok, NTB. Sehingga tak heran, PMI menjadi mayoritas bekerja diperusahaan penempatan tersebut. “Kita butuh PMI, saya senang dan kita serumpun. Bahasa juga sangat mudah. Mayoritas Indonesia, PMI,” kat Roslin Azmy Hassan.

Adapun kabar baik yang disampaikan oleh CEO Upstream Malaysia tersebut, mengingat tidak lama lagi akan tiba waktu panen, salah satu perusahaan raksasa terbesar kedua di dunia yang bergerak disektor kelapa sawit tersebut mengaku membutuhkan pekerja dalam jumlah yang cukup banyak. “Ada sekitar empat (4) ribu PMI yang dibutuhkan untuk panen. Kita butuh (PMI) saat ini,” demikian singkatnya.

Mendengar hal itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pekerja Migran Indonesia (APPMI), Muazzim Akbar mengaku sangat senang dengan adanya kabar tersebut. Terlebih ia pun telah melihat secara nyata, bahwa PMI asal NTB yang bekerja di Sime Darby Plantation memiliki perhatian dan komitmen yang luar biasa terhadap PMI, khususnya asal NTB.

“Kita telah melihat secara nyata, pekerja kita dengan gaji yang bagus dan diberikan fasilitas kerja yang baik. Sime Darby luar biasa. Kami berharap (Sime Darby Plantation) tidak lagi ambil pekerja (Diluar Indonesia), tapi cukup (ambil) di kita saja (PMI NTB), dan kami siap (mensupport),” kata Muazzim Akbar.

Baca Juga:  Abdul Hadi Menentang Ide Menteri ESDM yang Melarang Ojol Beli Pertalite

Pria yangbjuga Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) NTB itu juga tak lupa meminta kepada pihak perusahaan tersebut, agar betul-betul memperhatikan PMI NTB. Terutama dari sisi asuransinya. “Minta tolong asuransi PMI NTB juga diharapkan dapat dibayarkan di kedutaan. Dan itu tidak banyak hanya sekitar Rp 180 ribuan,” pintanya.

“Karena banyak PMI (NTB) yang pulang tidak memiliki asuransi (pada saat sampai di NTB, Indonesia). Mari (bersama) kita bermitra. (Untuk para PMI NTB) jangan lari, karena kalau lari akan jadi ilegal dan akan jadi beban bagi Pemprov,” kata Muazzim Akbar sembari mengingatkan para PMI NTB agar menjadi pekerja yang baik dan benar serta mengedepankan prosedural.

Sebelumnya, Mori Hanafi selaku Wakil Ketua DPRD NTB mendorong agar ada pola standar ladang tempat PMI asal NTB ditempatkan. Sehingga para PMI asal NTB dapat bekerja lebih dipermudah. Tentunya berlandaskan keamanan dan kenyamanan demi keselamatan di dalam bekerja.

“Peralatan untuk proses dari memetik hingga pengangkutan sawit sudah modern dan canggih. Yang paling penting pekerja diberi jaminan kesehatan, pendidikan anak, salary, kemudian tempat tinggal, air, dan listrik yang gratis,” tambahnya.

Standar ladang tujuan penempatan PMI menurutnya dapat meningkatkan kepercayaan Calon PMI menempuh jalur resmi. Mengingat ada jaminan peningkatan ekonomi menjadi lebih baik.

Sekedar informasi, Sime Darby Plantation memiliki area lahan seluas 11,5 ribu lebih hektare dari 15 ribu hektare luas lahan yang ada. Sime Darby Plantation merupakan salah satu perusahan terbesar nomor dua di dunia yang bergerak disektor Industri Kelapa Sawit. Perusahaan itu memiliki 80 ribuan pekerja tersebar di 14 negara, termasuk Indonesia. (red)