NUSRAMEDIA.COM — RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat sukses melakukan operasi bedah jantung terbuka secara perdana. Tindakan medis itu dilakukan Jum’at (16/12) dari pukul 07.30 hingga 10.00 Wita. Dimana ditangani langsung oleh tim operasi bedah jantung dari RSUD Provinsi NTB bersama RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Direktur RSUD NTB Lalu Herman Mahaputra mengatakan, pasien yang menjalani operasi jantung terbuka pertama kali itu adalah pasien laki-laki usia 50 tahun dari Babakan, Kota Mataram. Pasien menjalani operasi selama sekitar 2,5 jam dan akan beristirahat di rumah sakit sekitar tujuh hari sebelum dipulangkan ke rumahnya.
“Insya Allah Menteri Kesehatan akan hadir di sini tanggal 24 Desember besok untuk memulangkan pasien yang sudah dioperasi tadi (kemarin),” ujar pria yang kerap disapa Dokter Jack ini. “Sekarang pasien sudah berada di ICU. Sekalian Pak Menteri Kesehatan juga akan ikut meresmikan soft launching gedung IGD Terpadu besok,” imbuhnya.
Hal ini diungkapkan Dokter Jack pada acara Konferensi Pers Operasi Bedah Jantung Terbuka Perdana yang berlangsung di RSUD NTB, Jumat (16/12) kemarin. Setelah sukses melakukan operasi bedah jantung terbuka tersebut, selanjutnya ada tujuh pasien lainnya yang sedang antre untuk mendapatkan layanan tindakan medis itu.
Untuk sementara, tim operasi bedah jantung terbuka di RSUD NTB akan terus didampingi oleh tim dari Rumah Sakit Pusat Jantung Harapan Kita sampai nanti benar-benar bisa mandiri. “Kita akan lakukan tindakan ini secara simultan. Mudah-mudahan targetnya satu tahun lah untuk bisa mandiri, sambil menunggu teman-teman dokter spesialis pulang sekolah. Insya Allah sebelum 2024 kita upayakan bisa mandiri,” terang Dokter Jack.
Terlaksananya layanan operasi bedah jantung terbuka di RSUD NTB ini tak lepas dari adanya SDM dokter spesialis serta dukungan peralatan. Satu set peralatan untuk operasi bedah jantung terbuka harganya Rp 16 miliar. Alat yang ada di RSUD ini berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pemprov NTB.
Rata-rata dalam satu tahun ada 200 pasien penyakit jantung dan pembuluh darah di RSUD NTB yang harus dirujuk ke luar daerah. Setelah adanya layanan operasi bedah jantung terbuka di sini, maka secara perlahan pasien rujukan itu akan dikurangi. “Paling tidak seperempatnya kita bisa ambil dulu, karena kita sambil menunggu teman-teman yang balik sekolah,” terang Dokter Jack.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono yang hadir secara daring mengatakan, prevalensi penderita penyakit jantung di NTB sebanyak 150 ribu orang. Kemudian 50 ribu diantaranya merupakan penderita sakit jantung akut. Dari jumlah tersebut, ada sejumlah pasien yang sudah tak bisa lagi memasang ring karena kompleksitas penyumbatan jantung.
Mereka itulah yang akan mendapatkan perawatan operasi bedah jantung terbuka tersebut. Dikatakannya, Kementerian Kesehatan terus berupaya memperluas cakupan pelayanan operasi bedah jantung terbuka untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Adanya pelayanan bedah jantung terbuka di RSUD NTB akan mengurangi rujukan pasien ke Rumah Sakit di Bali, Surabaya dan Jakarta. “Tentu beberapa hal yang masih harus dipersiapkan, terutama sarana dan prasarananya dan yang tak kalah pentingnya adalah sumberdaya manusianya yaitu tenaga ahli bedah jantung,” katanya.
“Kami menyediakan beasiswa kepada pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk mengirimkan dokter-dokternya untuk belajar di Rumah Sakit Harapan Kita agar transformasi ilmu pengetahuan bisa tercipta,” pungkasnya.
Untuk diketahui, hadir dalam kesempatan itu dr Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K) Tim Bedah Jantung RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Kemudian Dr.dr. Basuni Radi, Sp.JP (K) Direktur SDM, Pendidikan dan Pelatihan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Kadis Kesehatan NTB dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS.
Selanjutnya Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K) sekalu Ketua Tim Pengampu Layanan Kardiovaskuler, Direktur RSUD NTB dr. H. Lalu Herman Mahaputra, M.Kes, MH. Adapun dr. Maz Isa Ansyori Arsatt, Sp.BTKV, Dokter Spesialis RSUD Provinsi NTB serta dr. Yout Savitri, MARS, Kasubdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan RS Direktorat Pelayanan Kesehatan. (red)