NUSRAMEDIA.COM — Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan merespon isi pidato kenegaraan Presiden. Terutama mengenai RAPBN 2025 yang disampaikan pada Sidang Tahunan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Jum’at (16/08/2024) mengenai peningkatan anggaran ketahanan pangan nasional.
Menurut pria yang duduk di Komisi IV DPR RI itu, isi pidato tersebut selalu memakai prinsip Historical Budgeting, yang seolah-olah anggarannya naik setiap tahun namun program yang dibuat bukan berdasar kebutuhan petani dan peningkatan target produksi pangan dalam upaya mengurangi impor.
“Saya melihat jika Presiden punya visi kedaulatan pangan tentunya anggaran sebesar itu harus dioptimalkan untuk peningkatan produksi pangan nasional, namun yang terjadi setiap tahun peningkatan impor pangan,” kata Johan Rosihan.
Johan Rosihan menilai anggaran ini seperti fatamorgana. Dimana terlihat anggarannya besar dan terus meningkat, namun ketika diteliti di dalamnya termasuk biaya membangun bendungan, irigasi dan lain-lain yang terlihat kontradiktif dengan anggaran pertanian yang terus menurun setiap tahun.
Padahal, sambung dia, berurusan langsung dengan produksi pangan nasional. “Dari sisi alokasi budgeting mengalami problem ketika anggaran untuk produksi pangan terus menurun. Namun anggaran ketahanan pangan lebih banyak digunakan untuk kepentingan infrastruktur, ini menciptakan anomali ketahanan pangan yang akan terus bergantung dengan impor,” ujarnya.
Politikus Senayan kelahiran asal Sumbawa-Nusa Tenggara Barat itu lantas mencontohkan, data impor beras per Juni 2024 ini telah mencapai 5,17 juta ton. Sementara itu, produksi padi mengalami penurunan sebesar 17,54% dibanding tahun lalu.
“Hal ini harus menjadi catatan pemerintah bahwa impor beras kita sudah pada fase membahayakan kedaulatan pangan sebab tahun ini angka impornya paling besar dibanding tahun sebelumnya, dan celakanya kemampuan produksi kita semakin mengkhawatirkan,” cetus Johan.
Anggaran ketahanan pangan sebesar Rp 124, 4 triliun itu lanjut Johan, diisi oleh porsi terbesarnya untuk membangun bendungan dan jaringan irigasi sebesar 43,5% dari total anggaran ketahanan pangan tersebut. “Saya menyoroti hal ini agar anggaran infrastruktur pangan dimasukkan dalam kelompok sektor infrastruktur,” tegasnya.
“Dan agar anggaran ketahanan pangan betul-betul diperuntukkan bagi kepentingan ketahanan pangan nasional yakni untuk kepentingan ketersediaan pangan, distribusi dan konsumsi pangan serta sesuai kebutuhan petani dan nelayan sebagai garda terdepan bagi ketahanan pangan nasional,” demikian tutup Johan Rosihan. (red)